Jakarta, FORTUNE - Amerika Serikat atau AS geser Tiongkok sebagai pusat penambangan Bitcoin terbesar di dunia. Hal itu diungkapkan oleh laporan Cambridge Centre for Alternative Finance (CCAF), Inggris, yang terbit Rabu (13/10).
Pihak berwenang Tiongkok melarang aktivitas penambangan Bitcoin awal tahun ini. Hal ini tentu menyebabkan para penambang menghentikan aktivitas mereka atau pindah ke luar negeri.
Seperti dikutip dari Reuters, pangsa Tiongkok atas kekuatan komputer yang terhubung ke jaringan Bitcoin global, yang dikenal sebagai "hash rate", turun menjadi nol pada Juli lalu, dari 44 persen di Mei, dan 75 persen pada 2019.
Berdasarkan data yang sama, AS sekarang menjadi pusat penambangan Bitcoin terbesar di dunia, sekitar 35,4 persen dari hash rate global pada akhir Agustus, diikuti oleh Kazakhstan dan Rusia. Untuk hash rate Kazakhstan naik menjadi 18,1 persen, sedangkan hashrate Rusia naik menjadi 11 persen.
Penambang di tempat lain telah mengambil kelonggaran, dengan produsen rig pertambangan mengalihkan perhatian untuk menuju Amerika Utara dan Asia Tengah. Para penambang Tiongkok lebih besar juga untuk memindahkan alat tambangnya, meskipun proses ini penuh dengan tantangan dalam pengirimannya.
Bitcoin ditambang menggunakan komputer bertenaga tinggi, biasanya di pusat data di berbagai belahan dunia bersaing untuk memecahkan teka-teki matematika kompleks dalam prosesnya, serta menggunakan listrik secara intensif.