Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PT Astra Agro Lestari Tbk, Santosa, buka suara soal dugaan kartel minyak goreng menyeruak menyusul lonjakan harga bahan pokok itu. Padahal, Indonesia termasuk produsen terbesar crude palm oil (CPO) dunia.
"Seolah isu minyak goreng ada kartel. Industri kelapa sawit melakukan balancing dengan ketersediaan kita bisa tercapai," kata Santosa secara virtual, Selasa (15/2).
Menurutnya para pelaku usaha industri kelapa sawit saat ini memang sedang menyeimbangkan antara kondisi pasar dan kebijakan pemerintah. Jalan tengah bagi perusahaan agar tetap profit dan tetap memenuhi pasokan jelas diupayakan.
Misalnya kebijakan domestic market obligation (DMO) 20 persen dan domestic price obligation (DPO). Santosa mengatakan kebijakan tersebut perlu dipahami dari sektor hulu hingga hilir.
“Kalau DMO- DPO mau suka, mau tidak suka, apa pun yang sudah diputuskan oleh pemerintah harus kita dukung,” ujarnya.
Santosa pun mengatakan suplai CPO tidak mungkin raib. Sebab, saat musim panen kelapa sawit tiba, para petani harus segera memetiknya. Kalau disimpan terlalu lama, kualitas tandan buah sawit untuk diolah menjadi CPO akan turun.
“Kalau kebutuhan bahan bakarnya (biodiesel) 9 juta, kemudian bahan makanan minyak goreng dan industri hanya 8 juta, jadi total 16-17 juta. Nah yang 30 juta mau diapain? masa kita mau berenang pakai CPO? Enggak bisa juga,” katanya.