Jakarta, FORTUNE - Bekerja dari rumah mengalami peningkatan untuk pertama kalinya sejak pandemi. Data terbaru menunjukkan bahwa pekerjaan jarak jauh bukan lagi tren sementara, melainkan akan tetap ada. Ini dilatari semakin banyak pekerja yang mengalami burnout setelah kembali bekerja dari kantor (WfO). Demikian dilaporkan Fortune.com.
Sebuah survei tahunan dari Labor Department’s Bureau of Labor Statistics di Amerika, yang dirilis pada Juni mengungkapkan bahwa 35 persen pekerja melakukan sebagian atau seluruh pekerjaan mereka di rumah pada tahun 2023. Angka ini naik dari sebelumnya sebesar 34 persen pada tahun 2022.
Data itu dihimpun dari Annual Time Use Survey atau survei penggunaan waktu tahunan, yang mengukur bagaimana orang Amerika menghabiskan waktu mereka, termasuk kegiatan rekreasi, pekerjaan rumah tangga, dan kehidupan kerja—termasuk lokasi mereka bekerja.
Peningkatan frekuensi bekerja dari rumah menunjukkan upaya stabilisasi budaya kerja, meskipun ada seruan yang semakin banyak untuk kembali ke kantor. Ini menandakan pergeseran dari kebutuhan era pandemi menjadi realitas profesional yang baru. Salah satu alasan karyawan memilih bekerja dari jarak jauh, bahkan lebih daripada promosi, adalah karena mereka memiliki waktu untuk mengatur jadwal mereka sendiri dan stress yang meningkat.