Jakarta, FORTUNE - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengatakan Badische Anilin- und Soda-Fabrik (BASF) telah memberikan konfirmasi bakal merealisasikan proyek Sonic Bay yang berkenaan dengan smelter bahan baku baterai kendaraan listrik (electric vehicle) di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara, dengan total investasi US$2-2,6 miliar.
“Insya Allah tahun ini BASF ini ground breaking,” kata dia dalam konferensi pers, Selasa (24/1).
Sebelumnya, Bahlil bertemu dengan Chief Executive Officer (CEO) BASF, Martin Brudermüller, saat World Economic Forum (WEF) Annual Meeting 2023 di Davoss, Swiss, Selasa (17/1).
Bahlil menambahkan rencana investasi BASF di Indonesia sejalan dengan proyek prioritas pemerintah terkait dengan penghiliran pertambangan.
Dalam proyek Sonic Bay, BASF rencananya akan bekerja sama dengan Eramet yang telah memiliki legalitas usaha atas nama PT Eramet Halmahera Nikel (PT EHN).
Rencana investasi bersama BASF–Eramet yang berlokasi di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara, ini merupakan pabrik pemurnian nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) yang menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitates (MHP).
"Itu BASF salah satu pemain terbesar di dunia khususnya itu pemain petrokimia. Ini bukan perusahaan kacang goreng," kata Bahlil.
Proyek Sonic Bay yang diperkirakan menelan investasi hingga US$2,6 miliar punya kapasitas produksi 67.000 ton nikel per tahun dan 7,5 ribu ton kobalt per tahun. Pabrik ini diharapkan akan beroperasi pada 2026.
Rencana investasi tindak lanjut BASF sendiri bertujuan untuk memproduksi MHP menjadi prekursor baterai listrik.