Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati. (dok. Pertamina)

Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina (Persero) menghemat biaya operasional sekitar Rp6 triliun di tengah kenaikan biaya produksi BBM akibat melonjaknya harga minyak mentah. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, capaian ini tak lepas dari investasi perseroan dalam upgrading kilang minyaknya dalam empat tahun terakhir. 

Sebagai informasi, selama ini porsi terbesar dalam produksi BBM adalah biaya pembelian minyak mentah, yang mencapai 92 persen dari Biaya Pokok Produksi. Sebelum kilang-kilang perseroan ditingkatkan kualitasnya, mereka hanya mampu memproses minyak mentah tertentu saja yang harganya mahal untuk menjadi BBM.

Dengan melakukan upgrading Kilang, Pertamina dapat memiliki fleksibilitas lebih tinggi dalam mencari bahan baku minyak mentah. Sebab, mulai tahun lalu kilang perseroan sudah mampu memproses minyak mentah dengan sulfur content lebih tinggi yang sumbernya banyak dan harganya lebih murah. 

Inilah langkah strategis Pertamina yang telah berhasil secara signifikan menurunkan biaya produksi BBM. "Kami memahami beratnya beban subsidi Pemerintah, untuk itu Pertamina melakukan berbagai program penghematan biaya dalam rangka membantu menurunkan beban subsidi Pemerintah," tutur Nicke dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (30/8). 

Menurutnya, hingga saat ini perusahaan energi dihadapkan pada situasi yang berat di tengah disrupsi mata rantai pasokan energi global sebagai dampak konflik Rusia dan Ukraina. 

Hal tersebut menyebabkan mobilitas perdagangan global yang menuju pemulihan pasca pandemi tersentak dengan keterbatasan pasokan yang berujung krisis energi.

Kebijakan Pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat melalui subsidi BBM merupakan langkah yang tepat, sehingga berhasil mempercepat pemulihan ekonomi. Ini salah satunya tercermin dari peningkatan konsumsi BBM untuk mobilitas masyarakat serta aktivitas usaha. Namun di sisi lain, peningkatan konsumsi BBM tersebut menyebabkan kenaikan beban subsidi Pemerintah.  

Efisiensi hulu ke hilir

Editorial Team