Jakarta, FORTUNE – PT Angkasa Pura II (Persero) menyatakan kinerja keuangan perseroan masih terkendali meski tercekik pagebluk COVID-19. BUMN operator bandara ini mengklaim telah melakukan sejumlah efisiensi maupun restrukturisasi demi bertahan di tengah krisis.
“Masalah kondisi keuangan kami cukup beruntung. Komposisi utang masih bisa kami manage,” kata Direktur Utama Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, dalam keterangan kepada wartawan, Senin (13/12).
Berdasarkan laporan keuangan terakhir perusahaan, posisi liabilitas atau kewajiban Angkasa Pura II masih terjaga di kisaran Rp23,76 triliun. Dari jumlah tersebut, 54,6 persennya atau setara Rp12,97 triliun merupakan pinjaman bank baik jangka pendek maupun panjang. 16,8 persen sisanya yang mencapai Rp3,99 triliun adalah utang obligasi.
Kerugian BUMN tersebut pada periode sama Rp1,61 triliun atau naik 91,6 persen secara tahunan (year-on-year) dari Rp838,27 miliar. Kerugian diperkirakan terjadi karena pendapatan menurun 13,7 persen menjadi Rp2,78 triliun.
Meski begitu, posisi kas dan setara kas perusahaan terlihat membaik dengan tumbuh 10,9 persen menjadi Rp1,92 triliun. Namun, perusahaan membukukan penurunan aset 2,1 persen menjadi Rp43,52 triliun.
Menurut Awaluddin, arus kas perusahaan terjaga karena sejumlah pembangunan bandara baru, landas pacu, atau kapasitas bandara rata-rata sudah selesai sebelum era pandemi COVID-19. Perseroan telah menyelesaikan sejumlah proyek strategis termasuk pengembangan terminal 3 Soekarno-Hatta.
Perusahaan juga telah berikhtiar melakukan cost leadership dengan maksimal. Sejumlah pembiayan yang tidak mendesak dipangkas oleh perseroan. Lalu, restrukturisasi dan pendanaan yang efektif dengan obligasi dan tenor lebih panjang. Tak hanya itu, Angkasa Pura II bersama pemasok juga melakukan pembiayaan pemasok.
“Kami juga melakukan pemotongan belanja modal sampai 91 persen pada saat pandemi. Realisasinya pada 2020 hanya Rp712 miliar,” katanya. Menurutnya, penyesuaian belanja modal juga akan dilanjutkan pada tahun ini.