Coaction Indonesia mencoba menghitung kebutuhan tenaga kerja langsung pada energi terbarukan berdasarkan kapasitas terpasang dalam target RUEN (Rencana Umum Energi Nasional). Koiromah menguraikan, pada 2030 akan dibutuhkan lebih dari 430 ribu tenaga kerja langsung, yaitu tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses pembangunan pembangkit untuk menghasilkan energi listrik dengan energi terbarukan.
Beberapa jenis pekerjaan yang dibutuhkan, antara lain untuk studi kelayakan bisnis, desain pembangkit, teknisi, petugas operasional dan perawatan, serta pekerja yang membangun pembangkit. Dari pembangunan itu, tumbuh juga pekerjaan yang tidak langsung dan yang terinduksi, seperti sales engineer, analis, legal, dan konsultan.
“Di sektor energi, green job akan semakin booming. Jumlah tenaga kerja yang berkaitan dengan fosil akan menurun. Sebab, banyak perusahaan akan beralih ke energi terbarukan. Maka, pada 2050 nanti, diperkirakan akan ada lebih dari 1 juta green job yang tercipta dari sektor energi. Dan, itu merupakan pekerjaan langsung. Belum lagi pekerjaan tidak langsung dan pekerjaan yang terinduksi,” kata Koiromah.
Ia menjelaskan, nantinya akan ada pekerjaan yang benar-benar hilang karena industrinya akan lenyap. Contohnya, para tenaga kerja di industri plastik kemungkinan tidak dibutuhkan jika penggunaan plastik dilarang sepenuhnya. Di samping itu, ketika nanti batu bara tak boleh lagi digunakan, pekerjaan yang terkait penambangan batu bara juga akan hilang. Sebaliknya, akan muncul sederet pekerjaan baru yang tercipta, ketika kita memasuki ekonomi hijau.
Koiromah mengatakan, banyak peluang untuk masuk ke green job tanpa melihat generasinya. Generasi milenial, Gen Z, atau jajaran direktur bisa merambah ke green job. Yang perlu dilakukan kemudian adalah menambah kapasitas diri agar memiliki skill yang tepat.
“Karena green job berarti melakukan praktik yang memperhatikan kelestarian lingkungan, orang yang melakoni pekerjaan itu perlu memiliki pengetahuan tentang lingkungan hidup, antara lain tentang perubahan iklim, pembangunan berkelanjutan, regulasi terkait lingkungan, cara mengurangi limbah, juga sistem daur ulang yang bisa diaplikasikan di perusahaan,” katanya.
Akan tetapi, kata dia, lebih baik lagi jika dalam bekerja tetap mempraktikkan gaya hidup yang ramah lingkungan. Misalnya, mengurangi penggunaan kertas dan memakai listrik seperlunya saja.