Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Ilustrasi limbah organik. (Pixabay/ René Schué)

Jakarta, FORTUNE – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTK) menyatakan, Indonesia memiliki potensi bioenergi yang dapat dikembangkan dalam bentuk limbah organik. Sumber energi baru terbarukan (EBT) ini dianggap sebagai yang paling lengkap untuk dapat menggantikan kedudukan bahan bakar fosil.

Menurut Fahmy Radhi, pengamat energi yang juga pengajar di Universitas Gajah Mada, biogas  merupakan salah satu sumber bauran EBT yang cukup strategis. “Hanya, untuk memproduksinya, kita butuh teknologi untuk bisa mengembangkan biogas,” ujarnya saat diwawancara Fortune Indonesia (15/12).

Menurutnya, pengembangan teknologi dalam pewujudkan EBT membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun, bioenergi sebenarnya hanyalah salah satu jenis pilihan dari sekian banyak ragam EBT yang terdapat di Indonesia.

Indonesia, kata Fahmy, masih terus mengembangkan energi yang berasal dari matahari, angin, air, maupun gelombang laut. “Bila semua hanya dibebankan kepada bioenergi saja, ya jadi tidak memadai,” katanya. “Saya kira, masing-masing (sumber EBT) punya kelebihan dan kekurangan.”

Bioenergi dan dukungan capaian net zero emission

Sementara itu, Andrian Feby, Direktur Bioenergi Ditjen EBTK, dalam keterangan pers mengatakan, sepanjang 2020, ada lebih dari 50 persen capaian bauran energi Indonesia merupakan hasil kontribusi dari sektor bioenergi. “Ini satu-satunya sumber energi bersih yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber listrik maupun non-listrik,” katanya.

Antara (15/12) menuliskan bahwa bioenergi dapat mendukung pencapaian target net zero emission yang dicanangkan pemerintah Indonesia. Selain itu, masih banyak lagi keuntungan yang cukup strategis dari penerapan penggunaan biogas sebagai sumber EBT.

Keuntungan pengembangan biogas

Editorial Team

Tonton lebih seru di