Perkembangan teknologi telah menyelimuti berbagai aspek dalam hidup ini. Bukan hanya tiap Individu, adaptasi terhadap teknologi terkini pun ditempuh banyak perusahaan dewasa ini sebagai suatu keharusan supaya menjadi terdepan.
Freeport merupakan salah satu perusahaan yang giat membangun sistem digitalisasi pada operasional perusahaannya, bahkan sejak sekitar 20 tahun lalu. Terhitung awal tahun 2000, para penambangnya sudah menggunakan dispatching system melalui sistem transmisi ketika melakukan penambangan terbuka.
“Driver tahu ke mana harus mengambil dan mengantar bijih. Dia hanya melihat saja di screen-nya, tidak seperti sekarang. Dua puluh tahun yang lalu masih ala kadarnya, cuma ada titik-titik, ada semacam denah,” tutur Tony Wenas, President Director Freeport Indonesia ketika menjadi narasumber pada acara Fortune Indonesia Summit 2023, di Tribrata, Jakarta, Rabu (15/3/2023).
Pada 2004, Freeport pun mulai membangun tambang bawah tanah. Ketika itu, Tony mengatakan, perusahaannya sudah memikirkan bagaimana menambang dengan cara yang lebih produktif, lebih efektif, dan lebih aman, karena tambang bawah tanah risikonya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tambang terbuka.
“Kita develop satu sistem, dengan harapan nanti saatnya bisa mengendalikan tambang secara tertutup. Jadi kita belajar, mulai dari pergi ke beberapa tambang di luar negeri, dengan bantuan Freeport McMoran. Kita membangun suatu sistem yang namanya advanced digital technology. Termasuk pada saat kita mulai membangun tambang bawah tanah yang terbesar di dunia,” tutur Tony.