Jakarta, FORTUNE - Co-Founder dan CEO Nusantics, Sharlini Eriza Putri, memprediksi pengobatan dengan genome sequencing akan menjadi tren di Indonesia dalam 10 tahun ke depan. Pasalnya, di negara-negara maju pemanfaatan genome sequencing tumbuh kian pesat dipicu pandemi Covid-19.
Sharlini menjelaskan, genome sequencing yang memanfaatkan bantuan teknologi dalam prosesnya akan menghasilkan sebuah lompatan dalam dunia kesehatan. Sebab, dengan mengurutkan genom, manusia dapat mempelajari dunia mikrobioma, ekosistem mikroorganisme yang kompleks termasuk bakteri, jamur, dan virus yang hidup di dalam tubuhnya.
Dari situ, manusia dapat memahami sistem imunitas dalam tubuhnya sendiri dan memilih metode pengobatan yang tepat.
"Yang menarik adalah setelah ada kemajuan di sequencing ini, begitu badan kita diurutkan, ini genetik itu punya siapa saja sih ternyata? Kebanyakan bukan punya manusia ternyata lebih ke microbiology alias ekosistem bakteri virus jamur dan juga arkea," ujarnya di Indonesia Milenial dan Gen-Z Summit, Rabu (29/9).
"Dan semua ini, mampu benar-benar mempengaruhi sistem kesehatan kita. Jadi kalau kita mau suatu hari manusia bisa decoding imunitas kita harus ngerti dulu mikrobioma," katanya.
Ia mencontohkan selama pandemi, ada sejumlah pasien Covid-19 yang tidak menderita gejala apa pun kendati hasil Cycle Threshold (Ct) menunjukkan bahwa muatan virus dari sampel yang diambil pasien tersebut sangat tinggi.
Sebaliknya, ada sejumlah pasien yang memiliki gejala sangat parah kendati hasil Ct menunjukkan muatan virus Sars-Cov-2 dalam tubuhnya rendah. Sayangnya, pengobatan atas kedua pasien tersebut sama. Akibatnya, efek yang diharapkan seringkali kurang efektif.
"Jadi, itu yang 10 tahun ke depan akan gede banget. Selama pandemi ini jadi terakselerasi karena kelihatan banget kan, selama ini kita pikir patogen pasti bikin penyakit ternyata ada juga yang nggak sakit kan," jelasnya.