Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Mobil Mazda. (unsplash.com/czon00)
Mobil Mazda. (unsplash.com/czon00)

Jakarta, FORTUNE - Perusahaan otomotif asal Jepang, seperti Mitsubishi Motors dan Mazda Motor, mengambil langkah agresif dengan memperluas penjualan mobil mereka di kawasan Amerika Latin. Kebijakan ini muncul sebagai respons terhadap tarif resiprokal tinggi yang diberlakukan Amerika Serikat (AS).

Pada Agustus lalu, sejumlah raksasa otomotif Jepang seperti Toyota, Honda, dan Nissan menegaskan tidak akan menaikkan harga kendaraan di AS meski terdampak tarif. Kenaikan harga mobil Jepang di Negeri Paman Sam lebih disebabkan faktor biaya musiman.

Mitsubishi, yang mengoperasikan pabrik di Brasil melalui mitra kontraktor, mulai mengekspor kendaraan ke negara tetangga seperti Argentina. Bahkan, penjualan Mitsubishi di Brasil pada Juli 2025 mencatat level tertinggi dalam empat tahun terakhir.

Sementara itu, Mazda mengurangi pengiriman mobil dari fasilitas produksinya di Meksiko ke AS akibat tingginya tarif. Sebagai gantinya, Mazda memperbesar ekspor ke pasar lain di Amerika Latin, termasuk Kolombia, menurut laporan Fakti.

Kerugian pun tak terhindarkan. Mitsubishi memperkirakan kehilangan hingga 32 miliar yen atau sekitar Rp3,5 triliun, sedangkan Mazda bisa merugi sampai 233,3 miliar yen atau sekitar Rp26 triliun bila tetap menggantungkan ekspor ke AS.

Hasil negosiasi dagang akhirnya membuat AS menurunkan tarif impor mobil Jepang dari 27,5 persen menjadi 15 persen. Namun, tarif ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan era awal Presiden Donald Trump yang hanya 2,5 persen. Kondisi tersebut memaksa produsen Jepang menata ulang rantai pasok dan strategi distribusi untuk menekan dampak tarif, demikian dilaporkan Japan Forward.

Di pasar AS, perusahaan Jepang kemungkinan akan mengalihkan fokus pada segmen mobil mewah, mengingat konsumen kelas ini relatif tidak terlalu sensitif terhadap lonjakan harga akibat tarif.

Namun, penyesuaian tarif ini justru menekan produsen mobil asal Korea Selatan. Penjualan mobil Korea di AS diperkirakan merosot tajam karena tidak mampu bersaing dengan produk Jepang yang lebih diuntungkan.

Menteri Perdagangan Korea Selatan, Yeo Han-koo, menyampaikan pihaknya tidak terburu-buru dalam negosiasi dengan AS, tetapi berupaya menurunkan tarif impor kendaraan menjadi 15 persen dalam waktu dekat, seperti dilaporkan The Korea Times. CEO Hyundai Motors, Joe Munoz, menambahkan bahwa perusahaan harus menyesuaikan strategi di AS guna menenangkan kekhawatiran investor terkait masa depan penjualan mobil di pasar tersebut.

Editorial Team