Jakarta, FORTUNE - Setelah hampir tiga dekade berdiri sebagai salah satu ikon ritel olahraga di Prancis, Decathlon Stade de France bersiap menutup babak panjang perjalanannya. Toko yang dulu dikenal sebagai gerai Decathlon terbesar di Eropa itu dijadwalkan berhenti beroperasi pada akhir Juni 2026, dengan 39 karyawan direncanakan direlokasi ke toko lain.
Keputusan pahit ini muncul setelah toko mengalami kerugian berkepanjangan sejak dibuka pada 1998. “Pihak regional bahkan mengatakan bahwa toko ini merugi hampir sejak hari pertama,” ujar Sébastien Chauvin, perwakilan serikat CFDT sekaligus sekretaris CSE, melansir laman mariafrance.fr.
Meski belum diumumkan secara resmi, para karyawan menyebut suasana internal penuh ketidakpastian. “Kami belum 100 persen yakin akan tutup, tapi kemungkinannya besar,” kata salah satu karyawan. Manajemen memilih berhati-hati dan menegaskan bahwa “diskusi masih berlangsung dan dilakukan sesuai ketentuan hukum,” sambil menepis informasi bahwa keputusan final telah diambil.
Saat dibuka pada 6 Mei 1998, sebulan sebelum Piala Dunia, toko ini membentang lebih dari 10.000 m² dan memiliki 320 tempat parkir bawah tanah. Pada hari pertandingan, pengunjung bisa mencapai 6.000 orang. Namun kini luas tokonya tinggal sekitar 3.500 m².
Decathlon Stade de France dulu menjadi destinasi rutin warga lokal di akhir pekan beli pakaian atau perlengkapan olahraga. Seiring waktu, kawasan di sekitar Stade de France makin padat dan banyak pembatasan saat event berlangsung. Alih-alih mendongkrak penjualan, jadwal pertandingan dan acara besar justru memaksa toko sering tutup atau beroperasi dengan perimeter keamanan ketat.
“Meskipun ada 60 event setahun, tetap ada 300 hari lain untuk berdagang,” ujar Chauvin. Namun ia menambahkan, sejumlah faktor lain, mulai dari sewa mahal, penurunan konsumsi, hingga meningkatnya kerja jarak jauh yang turut memukul bisnis.
Di sisi sosial, CFDT Services menegaskan bahwa prioritas utama adalah keselamatan pekerjaan. “Prioritas kami jelas, tidak ada karyawan yang boleh kehilangan pekerjaannya,” kata Chauvin.
Dilansir Le Parisien, warga lokal dan pemerintah kota Saint-Denis pun menyayangkan langkah Decathlon. Mereka menyebut keputusan itu “didorong situasi ekonomi sulit dan masa berlaku sewa yang segera berakhir,” dan berjanji akan mendorong solusi agar toko tetap bertahan atau minimal memastikan penggunaan lokasi tersebut menghasilkan lapangan kerja baru.
Penutupan Decathlon Stade de France menandai berakhirnya lebih dari 25 tahun sejarah ritel yang melekat pada perjalanan Stade de France dan masyarakat sekitarnya. Dari masa jaya dengan pengunjung ribuan setiap pertandingan hingga tantangan retail modern, toko ini kini menghadapi takdir yang tampaknya sulit dielakkan. Dengan rencana relokasi 39 karyawan, perhatian kini tertuju pada bagaimana ikon ritel ini menutup lembar terakhirnya dan apa yang akan menggantikannya di jantung kawasan olahraga terbesar Prancis.
