Ekspansi Green Cargo, Pertamina Shipping Siapkan US$1,6 Miliar
Fokus kepada LPG, LNG, dan biodiesel (B30-B40).
Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina Internasional Shipping (PIS) menyiapkan investasi hingga US$ 1,6 miliar atau tau setara dengan Rp22,4 triliun untuk pengembangan dan investasi bisnis perusahaan hingga tahun 2030. PIS akan merambah ke bisnis yang lebih hijau dalam kurun waktu 10 tahun ke depan.
CEO PIS Erry Widiastono, mengatakan kebutuhan investasi tersebut sejalan dengan kondisi kebutuhan energi nasional serta global, dengan menekankan faktor lingkungan dan transisi energi. Rencana ini juga telah masuk ke dalam roadmap dalam pengembangan jenis kargo masa depan, serta mengemban amanat stakeholders dalam peningkatan aspek ESG perusahaan.
Adapun kebutuhan investasi tersebut akan dipenuhi, baik dari internal equity maupun mencari sumber pendanaan lain atau new capital injection.
Membidik segmen green cargo
Anak usaha Grup Pertamina itu akan membidik segmen green cargo, seperti LPG, LNG, dan biodiesel.
Erry Widiastono mengemukakan, saat ini semua pelaku bisnis logistic provider di bidang migas menghadapi sejumlah tantangan, yaitu program dekarbonisasi yang menuntut adanya perubahan.
"Adanya perubahan lanskap energi atau sebaran energi primer ke renewable energy, membuat kami harus melakukan perubahan internal," katanya, dalam diskusi bertema Linking Investment and Business Prospect of Integrated Marine Logistics in Indonesia, Selasa (28/12).
Erry mengatakan, PIS telah merumuskan roadmap menjadi green integrated marine logistics company. Langkah itu dimulai dengan mengurangi jejak karbon hingga 2030, PIS menggunakan low sulphur fuel oil (LSFO).
Selanjutnya, kata dia, mengurangi konsumsi bahan bakar dengan memacu efisiensi dan mengoptimalkan operasi penggunaan bahan bakar yang mengurangi karbon.
Fokus LPG, LNG, dan biodiesel (B30-B40)
PIS mengarah pada green cargo dan membidik produk liquefied petroleum gas (LPG), liquefied natural gas (LNG), dan biodiesel (B30-B40). "Ke depan kami akan lebih berkonsentrasi untuk kargo-kargo yang lebih green," ujar dia.
Hingga 2030, Erry memperkirakan investasi yang dibutuhkan PIS untuk mendukung agenda bisnis ini mencapai US$1,5 miliar hingga US$1,6 miliar. Sebagian investasi ini untuk kapal-kapal yang mengangkut green cargo.
Di sisi lain, PIS tetap mengakomodasi kapal non-gas karena untuk menuju implementasi renewable energy tetap membutuhkan proses transisi.
"Kebutuhan dana untuk investasi tadi, rencananya berasal dari cashflow sendiri. Kami juga akan mengundang new capital injection untuk mendukung investasi," kata Erry.
Tak hanya gencar mengangkut liquid cargo dan gas cargo, tak menutup kemungkinan PIS tetap melihat peluang bisnis general cargo. Erry optimistis selama masih ada perpindahan kargo dari satu tempat ke tempat lain menggunakan sarana transportasi laut, bisnis general cargo tetap memiliki prospek positif.
Direncanakan pada 2030-2040, PIS akan mengembangkan green cargo dengan membidik pengiriman produk DME dan biodiesel (B40-B50). Pihaknya bercita-cita menggunakan green operation berupa battery, hydrogen fuel cell, ammonia-fueled tanker, dan electric tanker.
"Tentu kita akan melihat perkembangan teknologi ke depan," tutur Erry.
Potensi bisnis, investasi maritim, dan logistik 2022
Dalam kesempatan yang sama, Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Indra Darmawan menyampaikan soal potensi bisnis dan investasi maritim serta logistik di Indonesia yang sangat besar.
Indra memaparkan tahun 2022 adalah tahun new normal. “Ada optimisme yang bisa memandu kita menjalani tahun depan lebih baik,” katanya.
Optimisme ini tercermin dari target investasi nasional yang dinaikkan dari Rp900 triliun di 2021 menjadi Rp1200 triliun di tahun 2022.
Meskipun terdapat proyeksi penurunan pertumbuhan ekonomi global dari level 5 persen ke 4 persen di tahun depan, menurutnya secara nasional justru ada kenaikan pertumbuhan ekonomi dari 4 persen ke 5 persen.
“Indonesia akan dapat berkah dari tingginya harga komoditas di pasar energi dunia dan ini akan berimbas ke industri shipping,” ujarnya.