BUSINESS

Fujifilm Bertahan dengan Semangat Samurai

Fujifilm mampu bertahan melalui diversifikasi bisnis.

Fujifilm Bertahan dengan Semangat SamuraiShutterstock/testing
23 August 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE- Sama-sama dari Jepang, Fujifilm kurang dikenal dibandingkan Toyota dan Sony yang sudah menjadi kunci utama dalam rantai pasokan dan inovasi dunia. Faktanya, Fujifilm bertahan lebih lama di tengah penurunan fotografi tradisional dan mencatat rekor keuntungan.

Rekor ini terjadi usai diversifikasi Fujifilm ke berbagai bisnis. Mulai dari dari obat-obatan dan kosmetik hingga bahan canggih, selain kamera, dan jenis mesin pencitraan lainnya. 

Di balik kesuksesan itu, ada Shigetaka Komori yang mengundurkan diri bulan lalu setelah 20 tahun menjadi penasihat eksekutif Fujifilm. Komori memfokuskan perusahaan berusia 87 tahun itu untuk memanfaatkan teknologi pembuatan filmnya, didorong oleh akuisisi strategis untuk menjadi pemimpin dalam biofarmasi.

Manuver Teknologi Saat Pandemi Covid-19

FUJIFILM Diosynth Biotechnologies. Dok.Fujifilm

“Orang-orang di luar bahkan mungkin bertanya-tanya apa yang dilakukan Fujifilm dengan semua bisnis ini, tetapi Fujifilm sebenarnya terhubung dalam banyak hal dalam teknologi dasar,” kata Takatoshi Ishikawa, Wakil Presiden Eksekutif Senior Fujifilm dikutip The Associated Press, Kamis (15/7).

Fujifilm telah memanfaatkan kekuatan analognya sebaik mungkin. Meskipun penjualan remuk karena pandemi, Fujifilm melaporkan rekor laba bersih 181,2 miliar yen atau setara US$1,6 miliar pada tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2021, naik 45% dari tahun sebelumnya.

Teknologi Fujifilm digunakan untuk membuat antigen untuk vaksin Novavax Covid-19, meskipun belum disetujui di Jepang. Fujifilm juga mengkhususkan diri dalam nanoteknologi yang digunakan dalam vaksin mRNA, seperti yang berasal dari Pfizer dan Moderna.

Perusahaan yang berbasis di Tokyo ini mengembangkan tes PCR untuk virus korona yang memberikan hasil dalam 75 menit. Berbeda dengan metode lama yang membutuhkan beberapa jam.

Pada Maret 2021, Fujifilm mengembangkan perangkat deteksi untuk beberapa varian Covid-19. Sementara itu, obat influenza Avigan sedang dalam uji klinis untuk mengobati virus korona.

Kenshu Kikuzawa, seorang profesor administrasi bisnis di Universitas Keio Tokyo menyatakan bahwa Fujifilm memiliki kemampuan dinamis, kapasitas untuk melampaui pemotongan biaya, dan metode konvensional lainnya untuk menciptakan kembali dirinya sendiri.  

“Ini adalah sesuatu yang harus dipatuhi oleh perusahaan Jepang: melakukan apa yang mereka kuasai, seperti manufaktur dan material yang disesuaikan,” ujarnya.

“Kemampuan dinamis bukan tentang membangun dari nol. Ini adalah kemampuan untuk membangun aset, sumber daya, pengetahuan, dan teknologi yang sudah ada di perusahaan, untuk mengatur ulang, menggunakan kembali, dan memposisikannya kembali,” kata Kikuzawa kepada The Associated Press.

Belajar dari kegagalan Kodak

Shutterstock/JOKE777

Related Topics