Jakarta, FORTUNE - Dirut MIND ID Hendi Prio Santoso meminta dukungan berupa harga gas US$6 per Million British Thermal Unit (MMBtu) untuk menopang rencana ekspansi Holding BUMN Pertambangan di masa depan. Pasalnya, harga gas murah sangat dibutuhkan untuk efisiensi operasi pabrik pemurnian dan pengolahan mineral atau smelter.
Ia menyebut, misalnya, smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa dan smelter Feronikel di Tanjung Buli, Halmahera Timur dapat menggunakan gas untuk pembangkit sehingga biaya penyediaan listrik menjadi lebih ekonomis.
"Kami berharap mendapatkan tarif insentif yang diberlakukan untuk beberapa industri. Biasanya prosesnya melalui Kementerian Perindustrian memberikan rekomendasi kemudian ditetapkan oleh Kementerian ESDM. Kami mohon bisa dapat gas US$6 per MMBtu itu," ujarnya di Komisi VII, Rabu (16/2).
Selain itu, MIND ID juga berharap mendapatkan tarif listrik murah sekitar US$3-4 sen per kilowatt jam (kWh) untuk rencana ekspansi kapasitas produksi smelter aluminium di Halmahera Timur.
Sejauh ini, PLN telah memberikan sinyal bahwa perusahaan setrum pelat merah ini bersedia menyediakan pasokan listrik untuk kebutuhan perusahaan pelat merah tersebut. "Kami harapkan dukungan agar rencana kerja sama ini terealisasi dengan waktu dekat," katanya.
Hendi juga berharap agar pengelolaan RKAB dilakukan secara terpusat di Kementerian ESDM untuk seluruh komoditas tambang. Kemudian dukungan untuk keberlanjutan operasi penambangan di PTFI sesuai Life of Mine Plan PTFI setelah 2041.
Selanjutnya, ia meminta dukungan untuk percepatan proses konversi KK ke IUPK di PT Vale Indonesia sebelum 2025. Sehingga keinginan MIND ID untuk dapat menambah porsi kepemilikan di PT Vale Indonesia dapat diwujudkan.
"Terakhir kami meminta dukungan dari TNI dan POLRI untuk membentuk satgas nasional pengamanan aset minerba dari PETI (pertambangan tanpa izin)," ujar Hendi.