Jakarta, FORTUNE - PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) mengalami pertumbuhan pada golongan same store sales growth (SSSG) atau penjualan dari toko sebesar 30,5 persen dalam setahun (YoY) pada Oktober 2025. Sebagai perbandingan, capaian penjualan dalam setahun (YoY) per September 2025 turun 3,5 persen.
Kemudian, SSSG pada periode 10 bulan pertama 2025 tumbuh 1,2 persen dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya, dan periode sembilan bulan pertama 2025 turun 1,7 persen ketimbang periode sama pada 2024.
Angka-angka tersebut bisa ditengok pada riset Stockbit Sekuritas, yang melihat ada perbaikan sentimen pada September 2025. Menurut riset itu, ERAA mencetak kinerja baik pada seluruh vertikalnya berkat topangan peluncuran seri iPhone 17 pada Oktober 2025.
Secara konsolidasi, grup Erajaya menambah 35 toko pada Oktober 2025, dengan ERAA membuka 24 toko. Penambahan tersebut membuat total toko grup Erajaya menjadi 2.229 unit per Oktober 2025.
Dari sisi keuangan, ERAA beroleh pendapatan Rp52,36 triliun sepanjang sembilan bulan pertama 2025. Angka ini tumbuh 7,7 persen (YoY) dari capaian pada periode sama tahun sebelumnya.
Lini bisnis ERAA dibagi menjadi 5 vertikal utama, dengan mayoritas pendapatan berasal dari Erajaya Digital (digital) yang menyumbang Rp38,69 triliun atau naik 5,3 persen (YoY).
Sementara itu, bisnis internasional (distribusi perangkat telekomunikasi) menyumbang Rp38,55 triliun, turun 3,4 persen (YoY). Di samping itu, lini bisnis active lifestyle berkontribusi Rp3,04 triliun atau naik 81,2 persen (YoY).
Sementara itu, lini bisnis food and nourishment (makanan dan minuman) menyumbang Rp2,07 triliun atau naik 58 persen (YoY). Sedangkan beauty dan wellness (kecantikan dan kesehatan) menyumbang Rp19,5 miliar atau turun 8,6 persen (YoY).
Dari segmen digital, segmen ponsel seluler dan tablet berkontribusi 78,1 persen, komputer dan alat elektronik lain 4,1 persen, produk operator 2,2 persen, sedangkan aksesori dan lainnya 15,6 persen.
Dari pendapatan tersebut, laba yang diatribusikan pada pemilik entitas induk mencapai Rp786 miliar, atau turun 0,7 persen (YoY).
