Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ilustrasi perkebunan kelapa sawit (pexels.com/Pok Rie)
ilustrasi perkebunan kelapa sawit (pexels.com/Pok Rie)

Intinya sih...

  • DSNG menganggarkan belanja modal Rp800 miliar pada 2025

  • Hingga kuartal I-2025, perusahaan telah menyerap 22 persen dana yang dianggarkan

  • Mayoritas dana belanja modal dialokasikan untuk segmen bisnis kelapa sawit dan renewable energy

Jakarta, FORTUNE - PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) untuk tahun ini menganggarkan belanja modal Rp800 miliar. Hingga kuartal I-2025, perusahaan yang bergerak pada sektor barang konsumen primer ini ini melaporkan telah menyerap 22 persen dari total anggaran tersebut.

Seiring dengan realisasi investasi tersebut, berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba bersihnya sepanjang triwulan yang sama melonjak 60 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp367 miliar. Kinerja positif ini didorong oleh kenaikan pendapatan sebesar 20 persen (YoY) menjadi Rp2,7 triliun, dengan kontribusi utama masih dari segmen kelapa sawit sebesar 88 persen.

Dalam paparan publik yang digelar secara daring, Kamis (5/6), Jenti Widjaja, Direktur DSNG, menjelaskan mayoritas belanja modal itu dialokasikan untuk segmen kelapa sawit. Dana tersebut akan digunakan untuk pemeliharaan rutin infrastruktur produksi, peremajaan mesin pabrik, hingga program penanaman kembali (replanting).

“Saat ini sudah ada lebih dari 3.000 hektare di kelapa sawit yang sudah kami replanting, dan hingga akhir 2025 kita menargetkan 5.000-5.500 hektare dari dana yang sudah kami siapkan untuk replanting,” katanya.

Dana belanja modal itu juga akan dialokasikan ke segmen energi terbarukan, khususnya untuk pengembangan bisnis wood pellet, termasuk investasi pada kelengkapan pabrik dan mesin. Fasilitas produksi wood pellet perseroan saat ini masih dalam tahap penyelesaian dan ditargetkan beroperasi penuh pada akhir tahun.

DSNG telah melakukan ekspor perdana 10,5 ribu ton wood pellet ke Jepang pada kuartal lalu sebagai bagian dari penerapan ekonomi sirkular melalui pemanfaatan limbah padat.

Jenti memaparkan sejumlah tantangan yang dihadapi perseroan tahun ini, salah satunya penurunan harga crude palm oil (CPO) pada kuartal I menuju kuartal II 2025. Meskipun demikian, perseroan optimistis harga CPO akan kembali meningkat pada kuartal III-2025.

Perseroan menargetkan produksi tandan buah segar (TBS) dan CPO tahun ini naik 5 persen. Secara operasional pada kuartal I-2025, produksi CPO turun 8 persen secara tahunan menjadi 137,6 ribu ton, seiring dengan turunnya pasokan TBS sebesar 8,7 persen, menjadi 479.000 ton.

“Kami harap kinerja 2025 lebih baik dari tahun 2024. Namun, karena baru kuartal II, akurasinya masih sangat bergantung pada fluktuasi produksi dan harga CPO pada kuartal II,” ujar Jenti.

Editorial Team