Jakarta, FORTUNE – Dalam dunia bisnis, dikenal sebuah istilah yang disebut elastisitas permintaan. Hal ini biasnaya digunakan sebagai acuan untuk menganalisis perilaku konsumen dan pola pengeluaran yang dilakukan dalam situasi tertentu.
Menurut Investopedia, elastisitas permintaan adalah kepekaan permintaan barang atau jasa karena adanya faktor lain. Hal ini terjadi saat perubahan harga menyebabkan perubahan besar yang tidak proporsional terkait jumlah permintaan.
Misalnya, barang dengan permintaan elastis mungkin mengalami kenaikan harga sebesar 10 persen, tetapi akibatnya permintaan turun sebesar 30 persen. Biasanya ini terjadi pada barang-barang yang bisa tergantikan, seperti produk jasa pijat atau kendaraan pribadi.
Sebaliknya, permintaan yang tidak elastis terjadi saat perubahan harga barang hanya menyebabkan perubahan kecil pada permintaan. Biasanya hal ini terjadi pada barang-barang tak tergantikan, seperti beras, obat-obatan, bensin, maupun rokok.
Suatu barang yang memiliki elastisitas permintaan yang tinggi terhadap suatu variabel ekonomi berarti bahwa permintaan konsumen terhadap barang tersebut lebih responsif terhadap perubahan variabel tersebut. Sementara, barang dengan elastisitas permintaan rendah berarti bahwa terlepas dari perubahan variabel ekonomi, konsumen tidak menyesuaikan pola pengeluaran mereka.