Jakarta, FORTUNE - Perusahaan hulu minyak dan gas, PT Energi Mega Persada Tbk menyatakan salxah satu fasilitas produksi dan operasional ikut terkena dampak bencana banjir dan longsor di Sumatra.
Wakil Direktur Utama ENRG, Edoardus Ardianto, mengatakan saat ini perseroan mengoperasikan 10 wilayah kerja (WK) migas di Sumatra, mencakup dua WK di Aceh, dua WK di Sumatra Utara, serta enam WK di Riau.
Dari jumlah fasilitas itu, yang terdampak ialah fasilitas WK B yang berlokasi di Aceh Utara. Akibat bencana, operasioal di fasilitas tersebut terpaksa harus dihentikan sementara waktu.
"ENRG sedang melakukan pemeriksaan dan pemulihan fasilitas produksi untuk menjamin keselamatan dan keberlanjutan operasional," ujarnya dalam keterbukaan informasi, Jumat (12/12).
Edoardus menambahkan, karyawan yang terdampak beserta keluarganya telah dlakukan evakuasi dan memberikan bantuan. "Perseroan memiliki asuransi untuk menanggung potensi kerugian yang terjadi akibat banjir," lanjut dia.
ENRG memastikan wilayak kerja lainnya tetap beroperasi normal. Edoardus menyebut, fasilitas produksi maupun aset di WK Bireun-Sigli, kemudian WK di Sumatra Utara, dan Riau tidak mengalami dampak, begitu pula aset perseroan di Sumatra Utara dan Riau.
Perihal dampak material, Edoardus menegaskan bahwa insiden ini tidak memengaruhi strategi pasokan dan logistik perusahaan. Sehingga tidak memerlukan relokasi proses produksi, pengalihan distribusi, atau pencarian kawasan industri alternatif.
Namun ia mengakui adanya potensi keterlambatan pendapatan. Meski begit ENRG telah mengkordinasikan hgal itu dengan para stakeholders.
WK ERG meliputi dua WK di Aceh yakni WK B dan WK Bireun Sigli. Kemudian WK di Sumatra Utara yakni WK Gebang, dan WK Tonga. Selanjutnya ada enam WK di Riau yakni WK Bentu, WK Korinci Baru, WK Kampar, WK Siak, WK South CPP dan WK Malacca Strait.
