Jakarta, FORTUNE - Majalah Fortune Indonesia kembali merilis daftar pebisnis terbaik di Tanah Air untuk ketiga kalinya. Mereka datang dari latar belakang yang berbeda, masih aktif dalam kepemimpinan, baik sebagai pendiri maupun profesional. Dua puluh Businessperson of the Year ini berkontribusi secara dinamis, baik dalam bentuk tenaga, pikiran, bahkan transformasi.
Pastinya ada sejumlah indikator yang digunakan Fortune Indonesia dalam menentukan 20 pebisnis terbaik Indonesia ini. Fortune Indonesia melakukan pembobotan sebesar 20 persen untuk kinerja 2021, 40 persen untuk kinerja 2022, dan pencapaian paruh pertama 2023—yang mengambil bagian 10 persen. Sisanya dilihat dari aspek dan durasi kepemimpinan, Good Corporate Governance (GCG), aksi korporasi, hingga dampak yang dihasilkan.
Kisah-kisah mereka menghasilkan konklusi yang sama: pentingnya sebuah proses. Misalnya saja cerita dari Sugianto Kusuma, yang merupakan Chairman dan Founder Agung Sedayu Group (ASG). Pria yang akrab disapa Aguan itu bertolak dari kampung halamannya Palembang ke Jakarta ketika berusia 14. Kisahnya pun berliku, mulai dari bekerja untuk sang paman di bilangan Jakarta Barat di bagian administrasi—dan juga kurir, menjajal bisnis ekspor impor, hingga akhirnya memulai bisnis yang membesarkan namanya berpuluh-puluh tahun kemudian: properti. Berawal dari membangun sebuah ruko, kini portofolio Agung Sedayu Group mentereng di berbagai belahan kota Jakarta, seperti kota mandiri Green Lake City, Pantai Indah Kapuk (PIK)—sebuah area yang sangat fenomenal dan berkembang pesat—superblok District 8 SCBD, The Langham Jakarta, dan masih banyak lagi.
Titik balik pun dialami Aguan ketika pebisnis Murdaya Poo dan Hartati Murdaya memperkenalkannya dengan Master Cheng Yen, Pendiri Tzu Chi. Selanjutnya seorang sahabat Aguan yang juga pengusaha top Indonesia, mendiang Eka Tjipta Widjaja, yang merupakan pendiri Sinarmas Group, mengajaknya bergabung ke dalam sebuah organisasi besar berbasis kebuddhaan yang sekarang dikenal sebagai Buddha Tzu Chi pada awal 2000-an.
Kisah lain datang dari PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk. Berdiri sebagai sebuah perusahaan keluarga yang kita kenal melalui brand XXI, mereka memberanikan diri untuk menggelar initial public offering pada Agustus 2023. Meski terlihat akbar—IPO CNMA mengalami oversubscribed 25,7—Hans Gunadi, sang direktur utama mengatakan kepada Fortune Indonesia bahwa proses IPO yang terjadi tidaklah mudah. Rencana itu muncul pada 2016— berawal dari sebuah diskusi makan malam— yang artinya CNMA butuh waktu 7 tahun untuk menyempurnakan diri hingga akhirnya bisa melenggang ke bursa.
Begitu pula cerita bisnis lain yang datang dari Wendy Yap, Pendiri & Presiden Direktur PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. Meski telah menjadi produsen roti terbesar di Indonesia, Wendy yang juga merupakan nakhoda tidak segan turun gunung untuk menjaga kualitas dari Sari Roti, mulai dari menentukan proses, formula, kualitas bahan, dan komposisi tiap produk hingga dipasarkan. “Semua rasa sebelum SKU diluncurkan harus lewat saya. Saya juga sering kali adakan blind test untuk memastikan rasa dan tekstur yang tepat,” katanya.
Hendra Soeprajitno, Editor-in-Chief Fortune Indonesia mengatakan, tokoh-tokoh bisnis ini mengerti bahwa hasil positif hanya bisa diraih melalui berbagai proses. “Mereka turut andil dalam proses-proses itu dan tidak segan untuk turun gunung meski telah berada di posisi puncak,” katanya.