BUSINESS

Pasar Mobil Listrik Makin Ramai, Gaikindo: Harga Jadi Kunci Penjualan

Harga mobil listrik masih mahal meski ada insentif pajak.

Pasar Mobil Listrik Makin Ramai, Gaikindo: Harga Jadi Kunci PenjualanDok. Pertamina
08 September 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Dua produsen mobil asal China, Weltmeister Motor Technology Group Company Limited (WM Motor) dan Chery Group, dikabarkan akan masuk ke Indonesia dan meramaikan pasar kendaraan listrik tanah air. Kedua perusahaan tersebut akan bersaing dengan produsen lain seperti Toyota, Hyundai hingga BMW.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto mengatakan potensi atau pasar mobil listrik domestik masih cukup besar dan bisa memberikan keuntungan besar bagi produsen.

Namun, ia menekankan bahwa saat ini harga masih menjadi faktor penentu kesuksesan penjualan mobil di Indonesia, baik yang berbahan bakar listrik maupun BBM.

"Yang penting harganya berapa? Daya beli masyarakat Indonesia masih berada pada mobil-mobil dengan harga 300 juta ke bawah," ujarnya kepada Fortune Indonesia, Rabu (8/9).

Ia menjelaskan, pangsa pasar mobil dengan harga Rp300 juta ke bawah berkisar 40 persen dari total penjualan tiap tahun. Jumlah rata-rata tahunan sekitar 400.000 unit. 

"Pangsa pasar mobil-mobil LCGC dengan harga kira-kira Rp150 juta, ada di 22 persen, kira-kira 220.000 unit per tahun," jelasnya.

Pemerintah telah memberikan banyak insentif untuk pengembangan mobil listrik seperti diskon Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) serta pengurangan pajak kendaraan dari pemerintah daerah khusus untuk mobil listrik.

Namun, hal tersebut belum cukup. Sebab, harga unit tak berkurang jauh dengan harga jual dari dealer. "Sekarang saja mobil listrik PPnBM-nya nol persen, di Jakarta BBNKB-nya nol, PKB nya nol, harga mobil (listrik) yang paling murah masih di atas Rp500 juta," tuturnya.

Padahal, kata Jongkie, penjualan mobil dengan harga di atas harga Rp500 juta sangat minim terlebih di tengah pandemi Covid-19. "Kalau harganya bisa Rp200-300 juta, ya pasti akan banyak peminatnya. Mobil yang harganya di atas Rp600 juta, penjualan setiap tahun hanya 10.000 unit. 1 persen dari total penjualan," ujarnya.

Butuh Dukungan Infrastruktur

Sebelumnya, Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) Riyanto mengatakan penjualan kendaraan listrik (EV) di Indonesia akan bergantung pada ketersediaan infrastruktur yang dibangun pemerintah maupun swasta.

Karena itu, jika infrastruktur pengisian listrik, servis kendaraan, hingga suku cadang baterainya belum banyak tersedia, produsen mobil dan pemerintah tidak bisa memaksakan penjualan mobil listrik dalam waktu dekat. 

Selain itu, harga kendaraan listrik yang lebih mahal dari mobil BBM juga menjadi kendala. "Situasi sampai tahun 2025-2030 itu kan target penjualan kendaraan listrik 20 persen, dan untuk mendekati itu masih mustahil," katanya seperti dikutip Antara, Rabu (26/8).

Indonesia telah memulai upaya percepatan kendaraan listrik melalui Peraturan Presiden Nomor 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. Produksi mobil listrik di Indonesia ditargetkan mencapai 600 ribu unit dan sepeda motor listrik 2,45 juta unit pada 2030.

Related Topics