Jakarta, FORTUNE - Fenomena pengunduran diri massal (Great Resignation) tengah marak di kalangan pekerja Amerika Serikat (AS). Tak lama fenomena tersebut berlangsung, kini muncul tren baru perombakan besar (Great Reshuffle) di kalangan petinggi perusahaan publik di bursa AS yang mengundurkan diri. Pergantian CEO meningkat, begitu pula dengan berubahnya dewan direksi.
Mengutip laman Fortune.com, survei PwC terhadap 800 direktur perusahaan menyebut, 47 persen responden percaya rekannya di dewan direksi harus diganti. Sementara hampir seperlima (18 persen) menginginkan agar direktur hengkang dari perusahaan.
Di satu sisi, direktur melaporkan tingkat konflik yang lebih tinggi dengan rekannya. Di sisi lain, perusahaan juga mencari dewan dengan keahlian dan pengalaman yang lebih luas. Dengan kondisi ini, maka lahirlah tekanan untuk memenuhi standar bisnis yang tinggi.
Apalagi, selama pandemi, cara kerja dewan direksi sedikit berubah. “Jabatan direktur benar-benar menjadi sebuah pekerjaan,” ujar Wakil Presiden Senior di National Association for Corporate Directors, Friso van der Oord. “Itu pekerjaan yang sulit.”