Grup Salim Suntik Modal ke Startup Chat Commerce Mimin

Jakarta, FORTUNE - Grup Salim memberikan pendanaan tahap awal (seed) kepada perusahaan rintisan penyedia layanan percakapan atau chat commerce dan asisten virtual pengoperasian bisnis, Mimin, melalui Otto Digital. Namun, nilai pendanaan ini tidak disebutkan
Dana segar ini rencananya akan akan digunakan Mimin untuk melayani para UMKM dan penjual online dengan produk dan fitur terbaru, serta memperkuat infrastruktur teknologi dan software manajemen pesanan.
Mimin mengotomatiskan seluruh proses, mulai dari mengobrol antara pembeli dan penjual hingga membuat faktur dan konfirmasi pembayaran. Menurut startup tersebut, solusinya juga memungkinkan penjual untuk menghubungi pembeli sebelumnya dengan penawaran yang dipersonalisasi dan relevan.
“Berdasarkan temuan kami di lapangan, banyak penjual dan pembeli yang lebih nyaman melakukan transaksi secara conversational, misalnya melalui WhatsApp atau DM Instagram," kata CEO Mimin, Joseph Simbar, dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (8/5).
Menurutnya, Mimin hadir untuk membantu penjual online dengan mempermudah pemrosesan setiap pesanan melalui solusi otomatis, sehingga penjual bisa menghemat waktu dan tenaga, serta mengembangkan bisnis mereka lebih jauh.
"Kami pun memberikan insight relevan bagi para pelaku usaha agar mereka bisa berinovasi berdasarkan insight tersebut,” kata ujarnya.
Hal ini sesuai dengan lanskap industri jual-beli di Indonesia, di mana social commerce (transaksi belanja menggunakan media sosial dan aplikasi chatting) diperkirakan tumbuh sebesar 17,9 persen per tahun dari 2022-2028.
Menurut penelitian Populix tahun 2022, 86 persen masyarakat Indonesia sudah pernah berbelanja melalui media sosial dan aplikasi chatting, seperti Tiktok Shop (45 persen), WhatsApp (21 persen), Facebook (10 persen) dan Instagram (10 persen).
Kenaikan tren tersebut menunjukkan bahwa mayoritas penjual online di Indonesia memiliki berbagai kanal penjualan. Tidak hanya membuka toko online di platform e-commerce, banyak penjual yang berfokus mempromosikan jualannya melalui media sosial dan aplikasi chatting. Untuk mengelola penjualan social commerce ini, rata-rata penjual mengandalkan pencatatan order, pengecekan ongkir, dan penerimaan pembayaran secara manual. Proses manual ini cenderung memakan waktu dan rentan dengan risiko human error.