Jakarta, FORTUNE - Perusahaan migas raksasa British Petroleum atau BP membukukan laba bersih sebesar US$7,6 miliar atau Rp109,4 triliun sepanjang 2021. Keuntungan tersebut membalik kondisi tahun sebelumnya yang mengalami kerugian setelah pajak hingga US$20,3 miliar
"Tahun 2021 membuktikan bahwa BP telah melakukan apa yang kami katakan akan kami lakukan -- tampil ciamik sambil bertransformasi," kata kepala eksekutif BP Bernard Looney seperti dikutip AFP, Selasa (8/2).
Pendapatan grup menggelembung 49 persen tahun lalu menjadi US$157,7 miliar ditopang kenaikan harga minyak dan gas berkat lonjakan permintaan energi usai dibukanya lock down di berbagai negara.
Seperti para pesaingnya, BP merosot jauh ke zona merah pada 2020 karena pandemi Covid-19 memangkas permintaan dan harga energi. Itu mengakibatkan perusahaan asal Inggris tersebut kehilangan ribuan pekerjaan.
Harga telah rebound dengan signifikan, dengan patokan kontrak Brent diperdagangkan pada US$94 per barel minggu ini—level tertinggi dalam lebih dari tujuh tahun.
Meski demikian, lonjakan harga minyak mentah membebani biaya bisnis dan daya beli individu karena kekhawatiran inflasi meningkat di seluruh dunia.
Harga gas Eropa juga telah memecahkan rekor selama setahun terakhir karena permintaan musim dingin yang kuat dan kerusuhan antara pemasok utama Rusia dan negara-negara konsumen.
Harga listrik juga mengalami kenaikan besar-besaran. Pesaing BP, Shell, pekan lalu mengumumkan laba bersih tahunan sebesar $20,1 miliar, juga setelah kerugian besar pada 2020.