Selain vaksin dan serum, lanjut Honesti, penjualan holding BUMN Farmasi pun ditopang dari anak usahanya, PT Kimia Farma, pada sektor manufaktur, dan Indofarma, pada segmen produk obat dan pengadaan vaksin Covid-19.
"Kinerja Bio Farma sebagai induk, dikontribusi dari sektor pemerintah melalui penugasan penyediaan vaksin Covid-19, sebesar Rp26,81 triliun, disusul dengan sektor ekspor yang cukup signifikan mencapai Rp1,47 triliun, meningkat sebesar 47,58 persen jika dibandingkan 2020, serta pendistribusian vaksin Covid-19 hibah sebesar Rp388,83 miliar," ujar Honesti.
Sementara itu, Kimia Farma (KAEF) sebagai anggota Holding BUMN Farmasi, memberikan kontribusi 29,6 persen dari total pendapatan bersih, atau mencapai Rp12,85 triliun. Penjualan Kimia Farma didominasi oleh peningkatan pada segmen manufaktur yang tumbuh hingga 246,75 persen, dan segmen ritel yang tumbuh 19,12 persen dari tahun sebelumnya.
Honesti menjelaskan Indofarma (INAF) memberikan kontribusi 6,68 persen atau mencapai Rp2,9 triliun, atau meningkat 69,15 persen. Pencapaian tersebut berasal dari peningkatan nilai penjualan dari segmen produk obat Rp2,1 triliun, naik Rp1,23 triliun atau 142,52 persen dibandingkan 2020 sebesar Rp865,86 miliar.
"Pengadaan vaksin Covid-19 memberikan kontribusi penjualan bersih sebesar Rp924,76 miliar," katanya.
Honesti berharap kinerja Holding BUMN Farmasi yang menggembirakan pada 2021 tersebut akan berlanjut tahun ini menyusul transformasinya ke industri healthcare dan digitalisasi layanan kesehatan.