Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho memproyeksikan kebutuhan baterai kendaraan listrik (EV battery) di Indonesia mencapai 59,1 Giga Watt Hour (GWh) per tahun pada 2035.
Kebutuhan tersebut berasal dari 38,2 GWh kendaraan listrik roda empat yang jumlahnya mencapai 300-400 ribu unit; 14,2 GWh sepeda motor listrik yang diperkirakan 3,2-3,4 juta unit; dan 3,5 GWh untuk penyimpanan pada solar panel (ESS) sistem EBT.
Di luar itu, Indonesia juga diproyeksikan akan menyuplai 3,2 GWh EV battery untuk pasar Asia Tenggara. "Ini proyeksi Indonesia. Sudah dikaji oleh lembaga konsultan dan juga dari internal. Ini jumlah yang akan dikonsumsi kurang lebih hampir 60 GW," ujarnya dalam rapat kerja di Komisi VI, Senin (12/9).
Meski taksiran tersebut menggunakan skenario optimistis, Toto mengatakan bahwa perkiraan permintaan baterai EV menggunakan base case juga cukup tinggi. Jumlahnya diperkirakan mencapai 47 GWh pada 2035, dengan 30,7 GWh untuk oleh mobil listrik; 11,7 GWh untuk kendaraan listrik roda dua; dan 2,4 GWh dibutuhkan untuk penyimpanan solar panel pada sistem EBT.
Untuk pasar Asia Tenggara, kebutuhan baterai yang bisa dipasok Indonesia dalam skenario ini mencapai 2,2 GWh. "Jadi untuk kebutuhan baterai nasional proyeksi cukup signifikan. Apalagi ada banyak sekali inisiatif mendorong kebutuhan EV di Indonesia," jelasnya.
Menurut Toto, kondisi ini bisa terjadi lantaran pertumbuhan kendaraan listrik secara tahunan mencapai 15-20 persen. "Kita lihat di sini. Kalau saat ini di 2022 sekitar 1.000 GWh, itu setara dengan hampir 4,5-5 juta kendaraan baru EV. Dan kalau dilihat EV ini pasar utamanya Amerika, Eropa, dan Asia. Asia tentunya Cina dan Indonesia juga. Jadi, ini kondisi yang benar-benar ada di seluruh dunia. Karena hampir seluruh dunia phaseout dari BBM, peningkatan ini terjadi secara signifikan," kata Toto.