Jakarta, FORTUNE – Raksasa ritel Walmart memangkas proyeksi laba karena terdampak oleh inflasi membubung yang membuat konsumen lebih berhemat dalam berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Dikutip dari Reuters, Selasa (26/7), perusahaan yang berkantor pusat di Amerika Serikat itu menyatakan laba setahun penuh akan turun sekitar 11 sampai 13 persen, ketimbang perkiraan penurunan sebelumnya yang sebesar 1 persen. Lalu, laba per saham perusahaan, tidak termasuk divestasi, diproyeksikan akan menyusut 10 sampai 12 persen.
Di sisi lain, penurunan pendapatan operasional akan berkisar 13–14 persen untuk kuartal ini, dan dalam setahun penuh koreksinya diproyeksikan 11–13 persen.
Dalam keterangan kepada media, peritel terbesar tersebut mengatakan akan memotong harga barang dan pakaian dengan lebih agresif. Walmart secara keseluruhan akan melakukan kebijakan pemotongan harga demi mengurangi persediaan.
“Meningkatnya tingkat inflasi makanan dan bahan bakar mempengaruhi bagaimana pelanggan berbelanja. Kami sekarang mengantisipasi lebih banyak tekanan pada barang dagangan umum di bagian belakang," kata Doug McMillon, Kepala Eksekutif Walmart.
Mengutip laporan resmi Walmart, perusahaan pada kuartal yang berakhir April 2022 meraih pendapatan mencapai US$141,57 miliar, atau tumbuh 2,4 persen ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sedangkan, laba bersih secara konsolidasi turun 25,2 persen dalam setahun menjadi US$2,10 miliar.