Kabar Industri Kecantikan: Tetap Kuat Walau Diterjang Ombak

Jakarta, FORTUNE - Pada 2020 industri kecantikan bak menumpang wahana roller coaster. Penutupan toko fisik dalam masa pembatasan mobilitas sosial memaksa para pemasar merek mencari cara baru untuk menjajakan produk kepada konsumen. Alhasil banyak merek beralih ke situs jual-beli daring, mendorong peningkatan penjualan dari saluran digital.
Dengan adanya pergeseran tersebut, lantas bagaimana kondisi industri kecantikan beberapa tahun lagi? Apakah konsumen akan tetap membeli produk secara daring atau kembali berburu kebutuhan kecantikan dan perawatan diri di toko-toko ritel?
Nilai dan Proyeksi Pertumbuhan Industri Kecantikan
Secara internasional, industri kecantikan begitu besar dan makin menguat. Berdasarkan laporan Common Thread Collective, nilai pasar industri itu pada 2021 adalah US$511 triliun. Itu lebih tinggi ketimbang nilainya pada 2020, yakni US$483 triliun. Laporan itu mengombinasikan data dari Reports Globe (2021), L'Oreal (2020), dan Statista (2021).
Peluang pertumbuhan sektor kecantikan dan perawatan diri global begitu besar. Pada 2025, industri itu diramalkan mampu mencetak pendapatan US$784,6 triliun. Secara umum, tingkat pertumbuhan tahunannya 4,75 persen.
Industri kecantikan terbagi menjadi tiga bidang, yakni perawatan kulit, kosmetik, dan parfum. Proyeksi pertumbuhan tertinggi akan terjadi di bidang kosmetik (32 persen). Diikuti oleh perawatan kulit (24,3 persen), perawatan diri (17,7 persen), dan parfum (13,7 persen).
Secara geografis pangsa pasar terbesar industri kecantikan adalah Asia Pasifik (46 persen) dan Amerika Utara (24 persen). Lalu disusul oleh Eropa bagian Barat (18 persen), Amerika Latin (8 persen), Eropa Timur (6 persen), dan Afrika (3 persen).