Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Krispy Kreme (instagram.com/krispykremeid)
Krispy Kreme (instagram.com/krispykremeid)

Intinya sih...

  • Krispy Kreme rugi besar setelah putus mitra dengan McDonald's di Amerika Serikat.

  • Perusahaan menanggung biaya penurunan nilai dan pemutusan sewa.

  • Krispy Kreme berfokus menghapus biaya kemitraan yang gagal dan memulihkan profitabilitas pada kuartal ketiga.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Krispy Kreme menelan kerugian bersih US$441 juta (sekitar Rp6,8 triliun) pada kuartal II-2025, setelah kemitraan strategisnya di Amerika Serikat dengan McDonald’s resmi berakhir dan dinilai gagal total. Kinerja buruk ini membuat saham perusahaan anjlok hampir 70 persen sepanjang tahun ini.

Keputusan mengakhiri kerja sama yang memungkinkan distribusi donat di 2.400 gerai McDonald's itu diambil karena menciptakan biaya operasional yang tidak berkelanjutan dengan imbal hasil minim.

“Akhirnya, kemitraan ini tidak berkelanjutan bagi kami,” kata CEO Krispy Kreme, Josh Charlesworth, seperti dikutip dari laporan Fortune, Jumat (8/8).

Berdasarkan laporan keuangan terbaru, kerugian masif Krispy Kreme dipicu oleh beban non-tunai sebesar US$406,9 juta, yang sebagian besar terkait pemutusan kerja sama. Beban ini mencakup biaya penurunan nilai dan pemutusan sewa sebesar US$28,9 juta serta biaya aset senilai US$22,1 juta.

Imbasnya, pendapatan kuartal II-2025 turun 13,5 persen secara tahunan menjadi US$379,8 juta, jauh di bawah ekspektasi analis. Laba per saham yang disesuaikan juga tercatat minus US$0,15, lebih buruk dari perkiraan pasar.

Charlesworth menegaskan, pihaknya kini berfokus menghapus biaya-biaya terkait kemitraan yang gagal tersebut dan mengalihkan sumber daya ke kanal distribusi yang lebih menguntungkan.

“Kami berharap bisa mulai memulihkan profitabilitas pada kuartal ketiga,” ujarnya.

Sebagai bagian dari strategi pemulihan, Krispy Kreme mempercepat ekspansi waralaba internasional, menjual sisa sahamnya di Insomnia Cookies, dan memperkuat kemitraan dengan ritel swalayan. Perusahaan juga mulai mewaralabakan kembali pasarnya di Australia, Selandia Baru, Meksiko, dan Inggris untuk meringankan neraca keuangan.

Sementara Krispy Kreme berjuang dengan kerugian, kegagalan kerja sama ini tidak memberikan dampak berarti bagi McDonald’s. Penjualan donat hanya menyumbang porsi kecil pada menu sarapan raksasa makanan cepat saji tersebut.

Pada kuartal II-2025, McDonald’s justru mencatatkan kinerja positif dengan penjualan global naik 3,8 persen. Pendapatan konsolidasi mencapai US$6,84miliar, atau naik 5 persen secara tahunan, dan laba bersih tumbuh 11 persen menjadi US$2,25 miliar.. Performa ini turut mendorong harga saham McDonald's naik lebih dari 5 persen pada periode yang sama.

CEO McDonald’s, Chris Kempczinski, menegaskan bahwa fokus perusahaan tetap pada inovasi menu inti dan investasi digital.

“Sarapan tetap menjadi pilar utama strategi bisnis kami,” ujarnya.

Editorial Team