Jakarta, FORTUNE - PT Impack Pratama Industri Tbk (IMPC) menyuntikkan fasilitas pinjaman berulang (revolving loan) senilai Rp50 miliar kepada entitas anaknya, PT Alcoseven Cipta Pratama (ACP). Pendanaan ini ditujukan memperkuat modal kerja ACP seiring target ekspansi agresif perseroan tahun ini.
Perjanjian pinjaman ini telah ditandatangani pada 3 Juli 2025 dan akan berlaku hingga 31 Desember 2028. Manajemen IMPC dalam keterbukaan informasi menyatakan bahwa dana tersebut akan digunakan oleh ACP untuk kebutuhan modal kerja.
Berdasarkan perjanjian, ACP berkewajiban membayar bunga pinjaman yang besarannya akan disampaikan secara terpisah. Bunga akan dihitung mulai dari tanggal penarikan dana hingga tanggal pelunasan.
Sebagai informasi, ACP merupakan distributor eksklusif aluminium composite panel (ACP) merek Seven. IMPC memiliki 99,9 persen saham pada perusahaan tersebut, menjadikannya entitas anak yang terkonsolidasi.
Langkah pendanaan ini sejalan dengan kinerja keuangan IMPC yang solid hingga kuartal I-2025. Perseroan berhasil membukukan pendapatan bersih sebesar Rp937,24 miliar, meningkat dari Rp911,17 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih juga tercatat naik tipis menjadi Rp152,45 miliar dari Rp150,81 miliar.
Pada 2025, IMPC menargetkan untuk meraih pendapatan senilai Rp4,2 triliun dan laba bersih sebesar Rp600 miliar. Untuk mencapai target tersebut, perseroan telah menyiapkan sejumlah strategi, yaitu:
Ekspansi kapasitas produksi: penambahan kapasitas pada beberapa unit mesin Alderon UPVC.
Penguatan infrastruktur gudang: pembangunan gudang berskala besar untuk mengakomodasi peningkatan stok dan distribusi, seiring dengan penambahan mesin.
Penguatan jaringan distribusi: pembangunan gudang baru di Delta Silicon 8 untuk mendukung distribusi barang jadi ke pelanggan secara lebih cepat dan efisien.
Di sisi lain, untuk menghadapi dinamika kenaikan harga bahan baku, perseroan melakukan pendekatan proaktif dan terintegrasi yang melibatkan divisi sustainability, supply chain, dan tim komersial. Langkah ini bertujuan untuk memastikan dampak kenaikan harga bahan baku global tidak berpengaruh pada operasionalisasi dan kinerja perusahaan secara signifikan.