Jakarta, FORTUNE - Selama hampir dua tahun, pandemi Covid-19 sempat meluluhlantakkan bisnis perhotelan di seluruh dunia. Bagi negara mungil seperti Singapura yang sektor pariwisatanya mengandalkan kedatangan turis asing, isolasi menjadi makin mengimpit. Lalu, bagaimana jaringan hotel Far East Hospitality bertahan?
Far East Hospitality memiliki lebih dari 10 brand perhotelan dan mengoperasikan portofolio gabungan yang terdiri dari lebih dari 16.500 kamar. Di bawah pengelolaannya, ada lebih dari 100 hotel dan hunian di delapan negara – Australia, Denmark, Jerman, Hungaria, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, dan yang terbanyak di Singapura.
Di antara portofolio hotel Far East Hospitality adalah Oasia, Quincy, Rendezvous, Village, Far East Collection, Adina Hotels, Vibe Hotels, Travelodge Hotels and TFE Hotels Collection. Pembatasan mobilitas masyarakat di tengah pagebluk memukul angka kunjungan wisatawan ke hotel hingga titik terendah.
Punya pengalaman hampir empat dekade di bisnis perhotelan, Arthur Kiong Kim Hock, Chief Executive Officer Far East Hospitality menyatakan bahwa situasi pandemi benar-benar menegangkan. “Kita tidak bisa benar-benar yakin atas langkah yang kita ambil. Kita hanya bisa berusaha semampunya, lalu berdoa untuk hasil terbaik,” ujarnya di Artotel Thamrin, Jakarta, Selasa (13/9).
Padahal, Arthur punya pengalaman panjang menghadapi krisis. Dari krisis minyak pada awal 1985, Perang Teluk pada awal 1990-an, hingga krisis keuangan Asia pada 1997-1998. Ia juga berada di New York pada peristiwa runtuhnya World Trade Center (WTC) 9/11. Hotel yang diurusnya kala itu, RitzCarlton, berada hanya beberapa blok dari WTC. Tak berhenti di situ, ia juga bertugas di Mandarin Oriental Hotel Group Hong Kong saat pagebluk SARS melanda pada 2003.
Satu hal yang dijalankannya setiap badai krisis menerjang. Saat kunjungan tamu merosot, hotel harus menekan biaya operasional. Tapi, penghematan tak harus dilakukan dengan mengorbankan karyawan. “Selama pandemi, kami tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak pula ada pemotongan gaji,” ujarnya.
Lalu, apa rahasianya?
