Jakarta, FORTUNE - Di tengah perubahan lanskap pemasaran digital, peran kreator media sosial kini bukan sekadar pelengkap kampanye brand, melainkan motor penggerak ekonomi baru. Studi terbaru “The Art & Science of Authenticity” yang dilakukan Accenture Song menunjukkan, pada 2030 kreator Indonesia diproyeksikan akan berkontribusi sebesar US$376 miliar terhadap dampak komersial nasional.
Nilai ini mewakili total barang dan jasa yang dipengaruhi atau dikonversi lewat konten kreator, menjadikan Indonesia pasar dengan dampak ekonomi kreator terbesar di Asia Pasifik dan pertumbuhan tercepat kedua di kawasan tersebut.
“Para kreator bukan hanya menjadi suara budaya, tapi juga pencipta nilai ekonomi yang nyata,” ujar September Guo, Managing Director Accenture Song Southeast Asia, dalam temu media bertajuk "TikTok Creator Fest, Onederland: Your Creative Playground" di Jakarta, Selasa (11/11).
“Mereka bukan lagi mengambil porsi dari anggaran pemasaran, tapi justru membawa keuntungan bagi perusahaan. Kreator hari ini adalah creator of commerce, kekuatan dominan yang mendorong roda ekonomi ke depan," katanya, menambahkan.
Autentisitas "mata uang" baru di ekonomi kreator
Temuan riset tersebut menyoroti satu faktor utama yang menggerakkan ekonomi kreator: autentisitas. Sebanyak 81 persen konsumen Indonesia mengaku terdorong membeli karena konten yang terasa autentik, sementara 87 persen di antaranya mengaku konten autentik membuat mereka mengambil tindakan terhadap sebuah brand—baik mencari, mengklik, maupun bertransaksi. Angka ini menjadi yang tertinggi di Asia Pasifik.
“Autentisitas bukan sekadar gaya, tapi menjadi strategi bisnis,” lanjut Guo. “Di Indonesia, konten lo-fi yang spontan dan siaran langsung justru dipersepsikan lebih autentik. Format inilah yang paling efektif untuk mendorong keterlibatan dan konversi.”
Bagi brand, kolaborasi dengan kreator yang mampu menampilkan keaslian cerita menjadi cara baru membangun kepercayaan publik. TikTok melalui platform terpadunya TikTok One membantu menjembatani hubungan antara kreator, agensi, dan perusahaan dalam satu ekosistem pemasaran kreatif yang efisien dan terukur.
TikTok One juga menghadirkan wadah terintegrasi bagi kolaborasi antara kreator dan brand, mulai dari pencarian kreator yang relevan hingga eksekusi kampanye berskala besar. Melalui fitur-fitur seperti Creator Content at Scale dan Better Creator Search, brand dapat bekerja sama dengan hingga 30 kreator terpilih dalam waktu seminggu untuk menciptakan kampanye bermerek yang cepat dan berdampak.
Menurut Kelly Umberfield, General Manager Global Business Solutions TikTok Indonesia, ekosistem ini bukan hanya menguntungkan brand besar, tetapi juga membuka peluang bagi kreator menengah dan kecil.
“Prioritas kami adalah memastikan semua kreator, terlepas dari skala mereka memiliki akses terhadap peluang ekonomi yang sama,” ujar Umberfield.
“Kami terus berinvestasi dalam pendidikan, alat bantu, dan sumber daya agar setiap kreator bisa mempercepat perjalanan mereka di TikTok. Kami ingin melihat lebih banyak kreator lokal yang berhasil, baik lewat TikTok Live, TikTok Go, TikTok Shop, maupun langganan," ujarnya, menambahkan.
Umberfield juga mengatakan bahwa keberagaman budaya Indonesia menjadi kekuatan unik bagi ekonomi kreator. “Indonesia punya banyak hidden gems—dari budaya, komunitas, hingga kuliner lokal. Melalui konten autentik, para kreator dapat memperkenalkan warisan budaya itu ke audiens global,” ujarnya.
Bagi para kreator, ini membuka jalur ekonomi baru. Alfi Alfarizi, salah satu kreator TikTok, menyebut platform ini sebagai “playground ekonomi digital.”
"Ini menjadi ruang untuk tumbuh secara ekonomi, meskipun baru setahun berkarya saya bisa membangun bisnis sendiri, bahkan mempekerjakan teman-teman di sekitar. Ini bukan hanya soal pendapatan pribadi, tapi juga tentang membangun ekosistem yang saling menghidupi," kata Alfi.
Dari sisi brand, kolaborasi dengan kreator menawarkan cara baru mengukur efektivitas pemasaran. Aditya Anugrah, Head of Performance Marketing GoPay, menjelaskan bahwa pendekatan berbasis keterlibatan (engagement) menjadi kunci pengukuran.
“Kami tidak hanya melihat seberapa luas pesan kami tersampaikan, tapi seberapa tinggi interaksi pengguna dengan konten kreator. Engagement rate menjadi indikator utama efektivitas kolaborasi. Dari situ kami bisa menilai nilai konten dan kesesuaiannya dengan tujuan kampanye," katanya.
Umberfield menyimpulkan, para kreator turut menyumbang bagi pertumbuhan ekonomi, khususnya masa depan ekonomi digital Indonesia.
"Mereka tidak hanya membangun komunitas, tapi juga menggerakkan transaksi dan membentuk budaya konsumsi baru," ujarnya.
