Membuat laporan arus kas tidak bisa asal. Untuk menyusunnya secara benar dan efektif, berikut lima langkah utama yang bisa diikuti:
Kumpulkan data Keuangan
Langkah awal dalam membuat laporan arus kas adalah mengumpulkan data keuangan seperti laporan laba rugi, neraca, buku kas, serta laporan rekening bank. Data ini akan menjadi dasar untuk mencatat semua transaksi tunai yang terjadi selama periode pelaporan.
Susun arus kas dari aktivitas operasi
Jika menggunakan metode langsung, catat seluruh penerimaan dan pengeluaran kas yang berkaitan dengan aktivitas operasional. Namun, apabila menggunakan metode tidak langsung, mulai dari laba bersih dan sesuaikan dengan perubahan piutang usaha, persediaan, dan utang.
Susun arus kas dari aktivitas investasi
Masukkan semua transaksi investasi seperti pembelian atau penjualan aset tetap dan investasi lainnya. Perhatikan apakah aktivitas tersebut menunjukkan pengeluaran atau pemasukan kas.
Susun arus kas dari aktivitas pendanaan
Catat setiap transaksi terkait pendanaan, seperti pinjaman, penerbitan saham, pembayaran dividen, dan pelunasan utang.
Hitung arus kas bersih dan saldo akhir
Jumlahkan seluruh arus kas dari ketiga aktivitas utama. Tambahkan dengan saldo kas awal periode untuk mengetahui posisi kas akhir perusahaan. Untuk lebih jelasnya, simak contoh perhitungan berikut:
Sebuah bisnis kecil menerima Rp100 juta dari penjualan, membayar Rp40 juta untuk bahan baku, Rp20 juta untuk gaji, membeli kendaraan seharga Rp30 juta, dan mendapat pinjaman Rp50 juta dari bank. Maka, perhitungan arus kas perusahaan tersebut adalah sebagai berikut.
Operasi: Rp100 juta - Rp40 juta - Rp20 juta = Rp40 juta.
Investasi: -Rp30 juta.
Pendanaan: Rp50 juta.
Total arus kas bersih = Rp60 juta. Jika saldo kas awal Rp20 juta, maka kas akhir adalah Rp80 juta.