Perusahaan yang mengutamakan keterampilan dibandingkan gelar, reputasi, atau pengalaman perusahaan sebelumnya, menurut LinkedIn, memiliki keuntungan strategis dalam menempatkan kandidat yang tepat di posisi yang sesuai. Dengan begitu, kinerja yang dicapai bisa lebih optimal.
Pendekatan berbasis keterampilan ini tidak hanya menciptakan pasar tenaga kerja yang lebih efisien, tetapi juga mendorong kesetaraan dan membuka peluang bagi kandidat dari berbagai latar belakang.
Rohit mencontohkan, selama pandemi ada banyak pegawai di industri makanan yang kehilangan pekerjaan karena tutupnya sejumlah restoran. Di sisi lain, kebutuhan tenaga kerja untuk customer service pada layanan digital justru mengalami peningkatan.
Pada kondisi tersebut, pekerja di industri makanan sebenarnya telah memiliki 70% keterampilan yang dibutuhkan. Mereka terbiasa menghadapi pelanggan, namun kenyataannya banyak yang tetap menganggur, sementara posisi layanan pelanggan tetap kosong. “Seandainya saat itu kita fokus pada keterampilan, kita bisa menciptakan pasar tenaga kerja yang lebih efisien. Ketidakseimbangan ini pun terjadi di seluruh industri,” kata Rohit.
Secara global, 50% perekrut di LinkedIn kini secara jelas menggunakan indikator keterampilan untuk mengisi posisi lowong. “Data kami pun menunjukkan bahwa pendekatan yang mengutamakan keterampilan dapat meningkatkan jumlah kandidat potensial hingga 9,5x lipat di Indonesia dibanding perekrutan yang hanya berdasarkan pengalaman,” ujarnya.
Pergeseran ini mengubah cara perusahaan dalam menemukan dan mengembangkan talenta, dari perekrutan konvensional ke perekrutan yang menekankan pada keterampilan. “Faktanya, 92% direksi di kawasan Asia Pasifik mengatakan bahwa mereka cenderung mempekerjakan seseorang dengan kemampuan yang berpotensi untuk terus berkembang dan memiliki keinginan belajar daripada kandidat yang memiliki lebih banyak pengalaman kerja tetapi kurang mampu beradaptasi,” kata Rohit.
Pendekatan yang mengutamakan keterampilan juga menguntungkan perusahaan karena mereka dapat meningkatkan keterampilan tenaga kerja yang ada untuk mengisi peran-peran penting. Di Indonesia, 85% perekrut menempatkan peningkatan keterampilan karyawan sebagai prioritas utama untuk tahun 2025, dengan fokus pada AI (85%) dan soft skills seperti kolaborasi dan pola pikir yang berkembang (84%).
Kini, pekerjaan semakin menuntut karyawan untuk terus belajar, sehingga perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan keterampilan akan menempatkan tenaga kerja mereka untuk sukses dalam jangka panjang.