Jakarta, FORTUNE - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia mengungkapkan sejumlah potensi dan peluang ekspor Indonesia di tengah ancamana perang tarif Amerika Serikat dan Cina.
Market Intelligence & Leads Management Chief Specialist Indonesia Eximbank, Rini Satriani mengatakan, di tengah memanasnya hubungan dagang AS dan Cina, eksportir Indonesia dapat memperluas pasarnya melalui kerja sama strategis seperti Trans-Pacific Partnership (TPP), BRICS, dan berbagai perjanjian perdagangan bebas.
"Menghadapi tantangan proteksionisme global yang terus berkembang, eksportir nasional dituntut untuk mampu menangkap peluang melalui inovasi, sikap proaktif, serta daya saing yang agresif dengan terus mengeksplorasi pasar-pasar ekspor baru,” kata Rini, Rabu (30/4).
Ia menyebut potensi perdagangan yang belum terealisasi (unrealized potential) di negara-negara BRICS dan TPP terbilang signifikan. Komoditas minyak sawit dan turunannya memiliki peluang sebesar US$9,8 juta, ikan sarden USD23 juta, komoditas gula USD5,4 juta, dan produk rumah tangga mencapai US$32,9 juta.
Adapun, dampak perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok terhadap ekspor Indonesia bersifat langsung maupun tidak langsung. Rini mengatakan sekitar 10 persen ekspor Indonesia ke AS akan terdampak langsung oleh kebijakan tarif resiprokal, sementara dampak tidak langsung muncul dari pergeseran rantai pasok dan kompetisi pasar yang semakin ketat akibat perubahan pola perdagangan global.