BUSINESS

Harga Saham Bukalapak Akhir-Akhir Ini Kurang Bagus, Kenapa?

Harga saham BUKA menurun karena perubahan persepsi investor.

Harga Saham Bukalapak Akhir-Akhir Ini Kurang Bagus, Kenapa?Dok. Shutterstock/Sulastri Sulastri
14 October 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) menyinggung harga saham perusahaan rintisan (start-up) PT Bukalapak.com Tbk. yang akhir-akhir ini cenderung melemah. Harga saham e-commerce tersebut bahkan lebih rendah daripada saat penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).

Performance Bukalapak ini saya lihat akhir-akhir ini kurang bagus ya,” kata Direktur Utama BEI Inarno Djajadi dalam diskusi daring bertajuk Peningkatan Investor Ritel di Masa Pandemi: Dampak dan Peluang, Rabu (13/10).

Meskipun sahamnya cenderung menurun, Bukalapak, bagi Inarno, merupakan perusahaan rintisan pertama dengan valuasi di atas US$1 miliar yang berhasil melantai di bursa saham Indonesia bahkan Asean. Dia pun berharap harga saham perusahaan ini bisa membaik ke depannya.

“Mudah-mudahan ke depannya akan lebih baik lagi,” katanya tentang unicorn lokal tersebut.

Pada perdagangan Kamis (14/10), harga saham perusahaan dengan kode emiten BUKA ditutup menguat 7,19 persen menjadi Rp745 per saham. Namun, posisi harga tersebut sudah turun 14,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Harga saham Bukalapak juga lebih rendah dari harga IPO awal Agustus pada Rp850 per saham. Saham Bukalapak pernah menembus level tertinggi mencapai Rp1.100 per saham—meski kemudian berangsur turun.

Perubahan persepsi pelaku pasar

Senior Investment Information Mirae Aseet Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta, berpendapat harga saham Bukalapak saat ini cenderung melemah karena investor disinyalir lebih tertarik ke saham-saham sektor lain. Istilahnya, kata Nafan, pelaku pasar tengah mengalihkan portofolionya ke saham lain terutama yang terkena sentimen pemulihan ekonomi.

“Optimisme pemulihan ekonomi membuat para pelaku pasar lebih cenderung mengamati saham-saham big caps (kapitalisasi pasar terbesar) terutama yang kinerjanya berpotensi meningkat di akhir tahun ini,” kata Nafan kepada Fortune Indonesia.

Nafan juga mengatakan faktor lain yang mungkin membuat harga saham Bukalapak melemah adalah karena investor menunggu perbaikan kinerja fundamental perusahaan tersebut. Berdasarkan laporan keuangan, Bukalapak pada semester pertama tahun ini masih membukukan rugi tahun berjalan Rp767,03 miliar. Namun, rugi ini membaik dari periode sama 2020 yang mencapai Rp1,03 triliun.

Ke depan, saham Bukalapak bisa kembali naik seiring perbaikan kinerja keuangannya. Di samping itu, lanjutnya, Bulakapak juga memiliki prospek karena mereka memiliki ekosistem dalam pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM).

“Investor tentu akan cenderung melihat bagaimana perusahaan memperbaiki kinerja fundamental demi pertumbuhan yang berkelanjutan,” katanya.

Related Topics