Jakarta, FORTUNE - Pascapandemi perusahaan-perusahaan berbondong-bondong untuk mengembalikan karyawan ke kantor. Padahal tak semua jenis pekerjaan cocok untuk Work from Office (WfO). Di lain sisi, budaya kerja WfO yang dipaksakan bisa menguras energi dan membuat stress karena perjalanan jauh, kesehatan yang menurun, dan berbagai faktor lainnya.
Sayangnya, manajemen terkadang menerapkan aturan baku dan "ketuk palu" tanpa mendengarkan masukan karyawan, fleksibilitas jam kerja juga diabaikan. Meskipun demikian, tak semua pemilik bisnis atau CEO berlaku demikian, masih banyak yang mementingkan kebahagiaan karyawan demi mempertahankan talenta terbaik mereka.
Survei terbaru dari International Workplace Group (IWG) mengungkapkan bahwa sembilan dari sepuluh CEO mendukung model kerja hibrida (hybrid working). Budaya kerja hybrid working terbukti meningkatkan produktivitas dan retensi karyawan. Survei yang melibatkan lebih dari 500 CEO di Hong Kong ini menyoroti beberapa manfaat kerja hybrid, termasuk dampak positif pada budaya perusahaan.