Jakarta, FORTUNE – Penurunan kelas menengah di Indonesia semakin terlihat, seiring dengan menurunnya ketersediaan pekerjaan formal yang layak.
Hal ini diungkapkan oleh Muhammad Yorga Permana, dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB), yang menyatakan bahwa banyak pekerja kini beralih ke sektor informal atau gig economy karena minimnya lapangan kerja formal.
Kondisi tersebut tidak saja mencerminkan tantangan dalam menjaga stabilitas ekonomi, tetapi juga memengaruhi kemampuan masyarakat untuk mengalami mobilitas sosial ke kelas menengah.
Dalam paparannya, Yorga menyoroti kian jarangnya keberadaan pekerjaan formal, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.
"Selama 10 tahun terakhir, peningkatan lapangan kerja di Jakarta didominasi oleh sektor transportasi logistik dan gig economy, seperti driver ojek online (ojol)," kata Yorga.
Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah masyarakat kelas menengah terus menurun dalam 10 tahun terakhir. Pada 2019, masyarakat kelas menengah mencapai 57,33 juta. Jumlah tersebut terus menurun hingga pada 2024, yang mencapai 47,85 juta.
Menurutnya, pekerjaan ini menawarkan pendapatan yang tidak stabil dan minim jaminan sosial, yang membuat banyak pekerja gig rentan secara ekonomi.
Tren ini, katanya, menghambat terbentuknya kelas menengah yang kuat dan stabil, karena pekerjaan yang tersedia tidak menjamin upah bulanan yang tetap.