Jakarta, FORTUNE – Operator taksi listrik asal Vietnam, Green and Smart Mobility JSC (GSM) yang terafiliasi dengan grup usaha Vingroup, berencana melakukan penawaran saham perdana (IPO) di Hong Kong. Jika terealisasi, langkah ini berpotensi menjadi IPO pertama perusahaan Asia Tenggara di bursa Hong Kong.
GSM membidik valuasi US$2 miliar hingga US$3 miliar dalam IPO yang diperkirakan berlangsung pada akhir 2026 hingga awal 2027, kata sumber dikutip dari Reuters.
Salah satu sumber menyebutkan GSM menargetkan penggalangan dana setidaknya US$200 juta, sementara sumber lainnya mengatakan valuasi tersebut sudah termasuk utang.
Rencana IPO ini masih bersifat tentatif dan dapat dibatalkan. Jika terlaksana, IPO tersebut akan menjadi pencatatan saham luar negeri kedua Vingroup, setelah produsen kendaraan listrik VinFast melantai di Nasdaq pada 2023.
GSM dikabarkan telah melakukan pembicaraan awal dengan sejumlah penasihat dan melakukan penunjukkan paling cepat pada kuartal pertama 2026.
Vingroup, yang menangani komunikasi GSM dan VinFast, menolak berkomentar mengenai rencana IPO tersebut. Namun, dalam pernyataan tertulis, perusahaan menyatakan bahwa “valuasi yang disebutkan tidak mencerminkan skala bisnis kami dalam ekosistem secara keseluruhan.”
Didirikan pada 2023 oleh pendiri Vingroup sekaligus VinFast, Pham Nhat Vuong, GSM mengoperasikan armada taksi listrik terbesar di Vietnam melalui merek Xanh SM, dan secara eksklusif menggunakan kendaraan VinFast.
Strategi ini mendorong penjualan domestik VinFast sekaligus memungkinkan GSM berkembang tanpa bergantung pada pemasok pihak ketiga. Penjualan VinFast ke GSM menyumbang 26 persen terhadap total penjualan perusahaan hingga kuartal ketiga 2025, turun dari 72 persen pada 2023.
Meski Vuong sebelumnya telah menyatakan niat untuk membawa GSM melantai di bursa luar negeri, ini merupakan pertama kalinya detail mengenai tujuan pencatatan, ukuran, valuasi, dan jadwal IPO diungkapkan.
Sumber mengatakan bahwa jadwal IPO dapat disesuaikan dengan kondisi pasar dan strategi perusahaan.
Sumber kedua menambahkan bahwa Hong Kong menawarkan likuiditas yang lebih dalam dan minat investor yang lebih kuat terhadap sektor kendaraan listrik dan mobilitas, dibandingkan Singapura atau Nasdaq, tempat VinFast menghadapi tantangan likuiditas.
Sejak tercatat di Nasdaq pada 2023, saham VinFast mengalami likuiditas yang tipis akibat kecilnya porsi saham yang beredar di publik.
Jika terealisasi, pencatatan di Hong Kong ini akan mendanai ekspansi regional GSM, memperkuat posisinya di pasar Asia Tenggara yang kompetitif, serta meringankan tekanan finansial Vingroup dan Vuong, seiring VinFast melanjutkan ekspansi dan pengembangan bisnisnya.
