Pariwisata Mulai Pulih, Kinerja Tiket.com Ikut Tumbuh

Jakarta, FORTUNE - Hantaman pandemi begitu membekas bagi industri pariwisata Indonesia. Penurunan wisatawan tak terelakkan, dan pendapatan negara dari sektor itu pun ikut loyo. Praktis, para agen perjalanan juga terdampak, baik luring maupun daring.
Berdasar data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam Buku Tren Pariwisata 2021, sepanjang 2020 hanya ada 4,052 juta wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia. Itu terbilang rendah, hanya sekitar 25 persen dari jumlah pelancong ke Indonesia pada 2019.
Sebagai efek domino, pendapatan negara sektor pariwisata turun hingga Rp20,7 miliar. Okupansi hotel di Tanah Air pun tertekan—hanya 32,24 persen (Maret 2020) dan 12,67 persen (April 2020).
Pergeseran Tren Pariwisata
Mau tidak mau, terjadi pergeseran tren pariwisata akibat berubahnya perilaku masyarakat. Untuk itu, para pelaku wisata wajib memiliki kemampuan adaptasi, inovasi, dan kolaborasi.
Contoh adaptasi para pelaku bisnis pariwisata, yaitu menyediakan liburan staycation yang tak banyak melibatkan interaksi dengan orang lain, paket bekerja dari hotel, sampai melengkapi layanan dengan sertifikat CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability).
Sebab menurut studi Pacific Asia Travel Association (PATA) terhadap 1.200 turis di Tiongkok, kesehatan dan keselamatan diyakini menjadi fokus utama dalam pariwisata di masa mendatang.
Dari segi umur, kaum muda diramalkan akan mendominasi porsi pelancong. Berdasar studi McKinsey di Tiongkok, kaum muda dan jomlo dari kelas menengah adalah yang paling antusias untuk segera berlibur seandainya pagebluk berakhir. Pada 2021, sekitar 60 persen pemesan tiker perjalanan saja berusia di bawah 30, melambung 43 persen ketimbang periode sama tahun lalu.