Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina Hulu Energi (PHE) produksi miyak dan gas (migas) sebanyak 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) sepanjang enam bulana pertama 2025.
Direktur Utama PHE Awang Lazuardi, mengatakan, total produksi itu terdiri dari produksi minyak 557 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2.798 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
"Dalam menjalankan bisnisnya, PHE diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang optimal dalam berkontribusi menjaga ketahanan energi nasional," katanya melalui keterangan resmi dikutip Sabtu (2/8).
Selain produksi migas, PHE juga menyelesaikan pengeboran 404 sumur pengembangan, dengan 628 kegiatan workover dan 18.714 kegiatan well services. Untuk kegiatan eksplorasi, PHE melakukan survei Seismik 3D sepanjang 539 km2.
Selain itu, perseroan telah menyelesaikan pengeboran 8 sumur eksplorasi, dengan tambahan sumberdaya 2C (contingent resources) dengan realisasi 2C Validation sebesar 804 juta barel setara minyak (MMBOE). Selain itu, perseroan mencatatkan penambahan cadangan migas terbukti (P1) migas sebesar 63 juta barel setara minyak (MMBOE).
PHE juga telah melakukan pengeboran sumur di onshore Jawa Barat (EPN-002) dan akuisisi 3D seismik pada beberapa wilayah kerja onshore Sumatera, termasuk juga penandatanganan Kontrak Bagi Hasil Wilayah Kerja (WK) Melati dan WK Binaiya yang merupakan hasil lelang Wilayah Kerja tahap I dan II di tahun 2024.
Guna mencapai target jangka panjang, subholding Upstream Pertamina ini juga menggarap berbagai proyek strategis diantaranya melalui injeksi EOR Steamflood pertama di Lapangan North Duri Development (NDD) Area-14, Proyek Simple Surfactant Flood (SSF) Stage-1 di Lapangan Balam South-Zona Rokan, CO2 interwell injection di Lapangan Sukowati, dan Put on Production and Exploration (POPE) sumur Astrea, Pinang East dan Akasia Prima.
Dalam jangka panjang, PHE juga mengakselerasi evaluasi peluang usaha baru, termasuk potensi eksplorasi geologic hydrogen dan pengembangan Carbon Capture Storage (CCS). Perusahaan menargetkan pengembangan dua hub CCS dan sejumlah satelit penyimpanan karbon dengan kapasitas hingga 7,3 gigaton, guna mendukung target penurunan emisi karbon sebesar 68 persen pada 2060 dari sektor energi nasional.