Jakarta, FORTUNE - Produsen mobil Prancis, Renault berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 3.000 pekerjanya dengan menarkan pesangon sukarela bagi staf di divisi pendukung, menurut laporan buletin Prancis L'Informe.
Dilansir dari Reuters, dalam rencana efisiensi bertajuk "Arrow", Renault ingin memangkas jumlah staf di layanan pendukung seperti SDM, keuangan, dan pemasaran sebesar 15 persen, yang diperkirakan akan menyebabkan sekitar 3.000 PHK di kantor pusat produsen mobil tersebut di Boulogne-Billancourt, pinggiran kota Paris, dan lokasi lainnya di seluruh dunia.
Menurut sumber, keputusan akhir kebijakan ini akan dibuat pada akhir tahun. Renault mengonfirmasi bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan pemangkasan biaya, tetapi pada tahap ini belum memiliki angka untuk dilaporkan karena belum ada keputusan yang dibuat.
"Mengingat ketidakpastian di pasar otomotif dan lingkungan yang sangat kompetitif, kami mengonfirmasi bahwa kami sedang mempertimbangkan cara-cara untuk menyederhanakan operasi kami, mempercepat eksekusi, dan mengoptimalkan biaya tetap kami," ujar juru bicara Renault, dikutip dari Reuters, Senin (6/10).
Pada akhir 2024, Renault mempekerjakan 98.636 staf di seluruh dunia. Renault melaporkan pada Juli kerugian bersih semester pertama sebesar 11,2 miliar euro ($13 miliar), termasuk penurunan nilai sebesar 9,3 miliar euro pada mitranya, Nissan.
Sebelumnya, dilansir dari laman DW, Renault dikabarkan berencana memangkas 15.000 pekerja di seluruh dunia sebagai bagian dari rencana pemangkasan biaya sebesar €2 miliar (US$2,2 miliar) untuk mengatasi penurunan penjualan selama tiga tahun ke depan.
"Dalam konteks ketidakpastian dan kompleksitas, proyek ini sangat penting untuk menjamin kinerja yang solid dan berkelanjutan," kata CEO sementara Clotilde Delbos dalam sebuah pernyataan.
Berdasarkan rencana yang diuraikan untuk serikat pekerja, sekitar 4.600 pekerjaan tersebut akan dipindahkan ke Prancis. PHK ini akan mempengaruhi kurang dari 10 persen dari total 180.000 karyawan Renault.
"Kami ingin menciptakan skala ekonomi untuk memulihkan profitabilitas kami secara keseluruhan dan memastikan perkembangan kami di Prancis dan internasional," demikian bunyi pernyataan tersebut.
Pabrikan tersebut berharap dapat menerapkan pengurangan staf tanpa PHK, melalui rencana pengunduran diri sukarela dan skema pensiun. Konsultasi dengan perwakilan staf di Prancis diperkirakan akan dimulai bulan depan.
"Mereka bersikeras bahwa semuanya akan dinegosiasikan," ujar Franck Daout, perwakilan Konfederasi Buruh Demokratik Prancis (CFDT), kepada Reuters.
Selain PHK, kapasitas produksi global tahunan Renault akan dipangkas dari saat ini 4 juta kendaraan menjadi sekitar 3,3 juta. Akibat pengurangan tersebut, empat lokasi produksi di Prancis dapat ditutup atau direstrukturisasi, dan pabriknya di Flins, barat laut Paris, akan berhenti memproduksi hatchback listrik Zoe mulai 2024.
Produsen yang 15 persen sahamnya dimiliki pemerintah, telah mengusulkan rencana pemotongan biaya sebesar €2 miliar awal tahun ini, setelah mencatat kerugian pertamanya dalam satu dekade tahun lalu. Krisis virus corona semakin memperparah masalah perusahaan, karena industri otomotif mengalami penurunan penjualan.
Renault sedang bernegosiasi dengan pemerintah Prancis untuk mendapatkan pinjaman sebesar €5 miliar yang direncanakan — sebuah langkah bantuan yang terkait dengan pandemi virus corona — tetapi para pejabat tidak akan menyetujui rencana tersebut kecuali perusahaan memberikan jaminan tertentu bagi para pekerja dan berjanji untuk mempertahankan produksi di negara tersebut.
Negara juga telah mendorong produsen mobil tersebut untuk bergabung dengan inisiatif Eropa tentang baterai untuk mobil listrik, dan pada hari Selasa, Prancis mengumumkan rencana senilai €8 miliar untuk mendukung industri otomotif dan produksi kendaraan listriknya.