Jakarta, FORTUNE - Padel sempat menjadi fenomena olahraga yang menggemparkan di Swedia. Bermula dari pandemi Covid-19, hanya dalam waktu singkat, ribuan lapangan dibangun, investor berbondong-bondong masuk, dan masyarakat menyebut padel sebagai olahraga nasional baru. Bahkan, di puncak popularitasnya, Swedia mencatat sekitar 700.000 pemain dari total populasi 10 juta jiwa.
Namun, layaknya tren yang tumbuh terlalu cepat, euforia itu tidak bertahan lama. Begitu pandemi mereda dan masyarakat kembali pada rutinitas normal, jumlah pemain perlahan menyusut. Banyak lapangan yang sebelumnya penuh, kini kosong, terutama di luar jam sibuk. Kondisi ini membuat banyak pengelola harus menutup fasilitas atau mengalihkan fungsinya menjadi gudang dan toko.
Fenomena ambruknya pasar padel di Swedia kini menjadi sorotan global. Apa yang awalnya disebut “demam emas”, berubah menjadi krisis bisnis. Lantas, apa sebenarnya yang terjadi di balik naik turunnya tren olahraga ini?