Jakarta, FORTUNE - Produsen kendaraan listrik asal Amerika Serikat, Tesla mencatat kinerja penjualan kuartalan terburuk sepanjang satu dekade terakhir.
Dilansir dari Reuters, pada kuartal kedua 2025, pendapatan Tesla merosot 12 persen menjadi US$22,5 miliar dari US$25,5 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Capaian ini juga meleset dari ekspektasi pasar yang diperkirakan sebesar US$22,74 miliar, menurut data LSEG.
Penurunan ini terjadi ditengah peluncuran versi baru dari SUV Model Y, yang digadang-gadang investor akan membantu menghidupkan kembali permintaan.
Alhasil, laba bersih perusahaan pada kuartal tersebut turun 16 persen secara year on year (yoy) menjadi US$1,2 miliar. Laba per saham yang disesuaikan pun hanya mencapai 40 sen, jauh di bawah konsensus analis Wall Street.
Penurunan ini disebabkan, merosotnya penjualan kredit regulasi otomotif sebesar 51 persen, yang selama ini menjadi salah satu penopang margin Tesla.
Meski begitu, margin kotor otomotif tanpa memperhitungkan pendapatan dari kredit regulasi mampu tumbuh 4,96 persen, sedikit di atas proyeksi analis berkat efisiensi biaya produksi per kendaraan.
Tekanan juga terlihat dari pengiriman kendaraan secara global yang turun 13,5 persen sepanjang kuartal kedua. Penurunan ini dipengaruhi pemangkasan insentif pajak kendaraan listrik sebesar US$7.500 oleh pemerintah AS, yang berlaku akhir tahun ini.
"Kami mungkin akan mengalami beberapa kuartal yang sulit. Saya tidak bilang kita akan mengalaminya. Di paruh kedua tahun depan, setidaknya di akhir tahun depan, saya rasa akan terkejut jika kondisi ekonomi Tesla tidak terlalu meyakinkan,"kata Elon Musk dikutip dari Reuters, Kamis (26/7).
Tesla menghadapi tantangan dalam persaingan yang semakin ketat di pasar-pasar seperti Cina dan Eropa. Apalagi pasar Cina EV kerap kali memasang harga yang lebih rendah dari harga pasar. Pada awal Juli , Tesla melaporkan penurunan pengiriman kendaraan sebesar 14 persen year-on-year menjadi 384.000 unit pada kuartal kedua, dilansir dari CNBC.
Dengan penurunan kinerja tersebut, saham Tesla ikut anjlok 25 persen pada 2025. Ini merupakan saham dengan kinerja terburuk di antara perusahaan teknologi berkapitalisasi besar.