Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Ilustrasi Biodiesel. (dok. Indonesia.go.id)

Jakarta, FORTUNE - Biodiesel dinilai sebagai salah satu penyumbang terbesar dalam upaya transisi energi nasional. Meski masih ada beberapa pendapat yang menganggap biodiesel bukan bagian dari Energi Baru Terbarukan (EBT), namun penggunaannya–dalam rupa B30–dapat menekan emisi gas rumah kaca hingga 22,59 ton CO2 sepanjang 2021.

Selain itu, penggunaan B30 juga dapat menghemat devisa negara lewat pengurangan impor solar. Hal ini pun mampu menekan pengeluaran negara sekaligus mengurangi defisit neraca perdagangan.

“Potensi Crude Palm Oil (CPO)–bahan dasar pembuatan biodiesel–di Indonesia cukup besar, apalagi kita merupakan penghasil CPO nomor 1 secara global. Jadi, pengembangan biodiesel akan semakin mudah,” kata Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, kepada Fortune Indonesia, Rabu (11/5).

Tantangan penggunaan biodiesel

Pekerja di perkebunan kelapa sawit sedang memanen buah sawit, untuk diproses lebih lanjut dikirim ke pabrik kelapa sawit, Kalimantan Timur, 13 Maret 2019.

Namun demikian, masih terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi oleh pelaku industri biodiesel. Selain anggapan bahwa biodiesel bukan bagian dari EBT, harga CPO yang saat ini terus menanjak naik menyebabkan beban kompensasi meningkat.

“Isu biodiesel sebagai penyebab kelangkaan minyak goreng juga jadi permasalahan. Padahal, kebutuhan biodiesel hanya 15 persen dari total produksi CPO nasional,” ujarnya.

Kebutuhan biodiesel Indonesia tahun ini sudah terpenuhi

Editorial Team

Tonton lebih seru di