Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Instagram.com/@shiseido
Instagram.com/@shiseido

Jakarta, FORTUNE – Shiseido Americas, anak usaha jenama kecantikan asal Jepang, mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran di Amerika Serikat. Keputusan ini diambil seiring melemahnya kinerja penjualan perusahaan serta kondisi ekonomi makro yang terus menekan industri kecantikan global.

Dalam memo internal yang dikirimkan CEO interim Alberto Noé pada Rabu, 17 Juli 2025, perusahaan menyebutkan akan melakukan “pengurangan tenaga kerja yang luas dan signifikan.” Kabar tersebut pertama kali diungkap oleh akun Instagram anonim Estée Laundry dan dikonfirmasi oleh Shiseido, mengutip The Business of Beauty, melansir Business of Fashion (21/7).

“Kami telah mengambil keputusan sulit untuk menghapus sejumlah posisi,” ujar manajemen, tanpa memerinci jumlah atau cakupan PHK. Perusahaan hanya memastikan bahwa karyawan terdampak akan mendapatkan dukungan transisi.

Shiseido dikenal sebagai pemilik sejumlah merek premium seperti Nars dan Drunk Elephant, serta produsen parfum untuk rumah mode ternama seperti Tory Burch dan Narciso Rodriguez. Langkah efisiensi ini mengikuti jejak perusahaan sejenis seperti Coty dan Estée Lauder Companies yang juga mengumumkan pemangkasan tenaga kerja di tengah pelemahan pasar.

“Shiseido Americas menghadapi tantangan besar di berbagai lini. Meski telah berupaya keras, performa bisnis menurun secara signifikan sepanjang 2024, dan prospek 2025 juga terlihat suram,” tulis Noé dalam memo tersebut.

Noé ditunjuk sebagai CEO interim untuk wilayah Amerika pada April lalu, menggantikan Ron Gee. Sebelumnya, ia menjabat sebagai kepala wilayah EMEA (Eropa, Timur Tengah, dan Afrika). Saat ini, Shiseido memiliki lebih dari 2.000 karyawan di AS, dengan fasilitas yang tersebar di Ohio, Texas, Florida, dan Kanada. Kantor pusat operasionalnya berada di New York City.

Penjualan Shiseido turun, fokus penguatan merek unggulan

Dok. Shiseido

Dalam laporan keuangan kuartal pertama 2025 yang dirilis Mei lalu, penjualan bersih Shiseido turun 8,5 persen. Khusus untuk merek Drunk Elephant, penurunan mencapai 65 persen. Selain pasar AS, perusahaan juga menghadapi tekanan dari pasar Cina yang lesu serta melemahnya permintaan atas merek-merek inti mereka.

Selain rencana PHK besar di wilayah Amerika yang diumumkan pada pertengahan 2025, Shiseido sebelumnya telah melakukan efisiensi tenaga kerja di Jepang melalui pensiun dini dan pengurangan posisi dalam divisi teknologi. Melansir Glossy.co, pada awal 2025, Shiseido juga menghentikan proyek-proyek terkait metaverse dan web3, yang berasal dari unit emerging technology. Langkah ini diikuti dengan pengurangan sejumlah posisi, termasuk jabatan kepemimpinan di merek seperti Clé de Peau. Langkah ini sejalan dengan penurunan pendapatan dan laba yang cukup tajam pada kuartal ketiga 2024.

Shiseido juga mengumumkan rencana pertumbuhan "Shift 2025 and Beyond" untuk periode 2025-2026. Rencana ini berfokus pada penguatan fondasi merek dan pemulihan profitabilitas perusahaan, serta peningkatan tata kelola operasional. Perusahaan memaparkan tiga prioritas utama dalam Action Plan 2025–2026 guna mempercepat pemulihan kinerja dan memperkuat posisi kompetitif global. Fokus strategi tersebut mencakup penguatan merek utama, pemangkasan biaya tetap, serta peningkatan tata kelola operasional.

Dalam dokumen resmi perusahaan, Shiseido menegaskan komitmen untuk mengonsentrasikan sumber daya pada “Core 3” dan “Next 5”, yakni merek inti yang menjadi penggerak utama profitabilitas. Perusahaan juga berencana mengembangkan model operasional terpadu lintas merek dan wilayah guna mendorong ekuitas merek.

Sementara itu, guna membangun kembali pondasi bisnis yang lebih menguntungkan, Shiseido akan mengurangi biaya tetap di seluruh organisasi dan meningkatkan profitabilitas di pasar Jepang, Amerika, EMEA, dan Asia Pasifik. Langkah strategis juga diarahkan pada pemulihan bisnis berkelanjutan di Cina dan saluran travel retail yang selama ini jadi penopang penting.

Tak kalah penting, perusahaan kecantikan asal Jepang ini juga akan mempercepat inisiatif asset-light, memperbarui kerangka kerja operasional global, serta memperkuat tata kelola keuangan agar lebih tajam dan akuntabel.

Langkah ini diambil di tengah tantangan bisnis yang memburuk sejak 2024, termasuk penurunan penjualan bersih hingga 8,5 persen pada kuartal I/2025 dan tekanan tajam terhadap merek seperti Drunk Elephant. Shiseido juga telah mengimplementasikan sejumlah langkah efisiensi, termasuk PHK di wilayah Amerika dan penghentian proyek Web3 serta metaverse pada awal 2025. Perusahaan juga menargetkan pengurangan biaya global sebesar US$148,1 juta pada akhir tahun 2025.

Editorial Team