Jakarta, FORTUNE – Roy Arman Arfandy tidak pernah membayangkan akan menjadi pemimpin di Harita Group, perusahaan yang telah ia kenal sejak hampir tiga dekade lalu. Perjalanannya menuju puncak kepemimpinan di PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel tidak berlangsung secara instan.
Harita Nickel perusahaan tambang nikel terbesar di Indonesia. Kinerja keuangannya, setidaknya hingga kuartal III-2024, impresif. Pendapatan perusahaan ini melonjak menjadi Rp20,3 triliun dalam sembilan bulan pertama 2024, naik 18,02 persen dari periode sama tahun sebelumnya.
Segmen pengolahan nikel menyumbang Rp17,7 triliun, sementara penambangan nikel menyumbang Rp2,6 triliun. Keuntungan bersih perusahaan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 4,09 persen menjadi Rp4,8 triliun.
Kesuksesan ini sulit dilepaskan dari tangan dingin Roy, yang sebelumnya membangun karier panjang di perbankan dan industri otomotif. Dia bergabung dengan Harita Group saat usianya memasuki 50-an.
Kisah pertemuannya dengan perusahaan ini bermula pada dekade 1990-an saat ia masih menjadi Team Leader Marketing Officer di PT Bank Danamon Indonesia cabang Makassar dan Ambon yang menangani akun perbankan Harita Group. Hubungan baik yang ia bangun dengan Lim Gunawan Hariyanto, pemegang saham Harita Group, membuka jalan bagi masa depannya.
Namun, saat pertama kali ditawari posisi di Harita, Roy tidak langsung menerimanya. Ia tetap melanjutkan kariernya di perbankan, meskipun tetap menjaga hubungan baik dengan berbagai pihak pada berbagai industri. Setelah 26 tahun di dunia perbankan dan beberapa waktu di industri otomotif, tawaran kedua dari Harita datang lagi.
"Saya tidak dikasih banyak waktu berpikir saat itu," ujarnya kepada Fortune Indonesia..
Roy akhirnya menerima tawaran tersebut dan resmi bergabung dengan Harita Group pada 2020. Ia tertarik bukan hanya karena prospek industri nikel yang menjanjikan, tetapi juga karena konsistensi Harita dalam mempertahankan bisnis intinya.
Menurutnya, banyak konglomerasi besar yang melebarkan sayap ke sektor-sektor yang kurang mereka kuasai, tapi Harita tetap berfokus pada bidang yang mereka pahami dan kembangkan secara berkelanjutan.