Jakarta, FORTUNE - Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi konsumsi batu bara pada 2023 akan tetap tinggi mendekati rekor tahun lalu. Pada 2022, konsumsi batu bara naik 3,3 persen secara tahunan dan mencapai rekor tertinggi pada level 8,3 miliar metrik ton.
“Pada tahun 2023 dan 2024, ada penurunan kecil pada pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Hal itu kemungkinan besar akan diimbangi oleh peningkatan penggunaan batu bara oleh industri, meskipun terdapat variasi yang luas antar wilayah geografis,” kata Direktur Pasar dan Keamanan Energi IEA, Keisuke Sadamori, dalam pernyataan yang dikutip Jumat (28/7).
Berdasarkan wilayah, permintaan batu bara pada paruh awal 2023 turun lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya, terutama di Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan masing-masing 2 persen dan 16 persen. Namun, permintaan dari dua konsumen terbesar, Cina dan India, masih akan tumbuh lebih dari 5 persen dalam semester pertama.
Penurunan konsumsi batu bara di wilayah Eropa terjadi karena mulai maraknya penggunaan energi terbarukan. Sedangkan untuk Amerika Serikat, penurunan terjadi karena ada perpindahan kepada gas alam yang dinilai lebih murah.
Permintaan batu bara global pada paruh akhir tahun ini diperkirakan masih dapat tumbuh 1,5 persen menjadi 4,7 miliar ton. Ini didorong oleh peningkatan konsumsi batu bara 1 persen pada pembangkit listrik, dan 2 persen terhadap penggunaan industri non-listrik.
“Permintaan tetap tinggi di Asia meskipun banyak negara telah secara signifikan meningkatkan sumber energi terbarukan. Butuh upaya kebijakan dan investasi yang lebih besar—didukung oleh kerja sama internasional yang lebih kuat—untuk mendorong lonjakan energi bersih dan efisiensi energi secara besar-besaran guna mengurangi permintaan batu bara di negara-negara yang kebutuhan energinya tumbuh cepat,” ujarnya.
Memang pergeseran permintaan batu bara ke Asia masih akan terus berlanjut. Pada 2021, Cina dan India telah menyumbang dua per tiga dari konsumsi global. Artinya, mereka menggunakan batu bara dua kali lebih banyak ketimbang gabungan seluruh dunia.
Pada 2023, konsumsi sebagian dari negara-negara itu akan mendekati 70 persen. Sebaliknya, Amerika Serikat dan Uni Eropa bersama-sama menyumbang 40 persen pada tiga dekade lalu, dan lebih dari 35 persen pada awal abad ini. Sumbangan tersebut terus menurun hingga kurang dari 10 persen konsumsi batu bara global.