Pertumbuhan Ekonomi Lesu, APINDO Soroti Lemahnya Konsumsi

Intinya sih...
Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2025 hanya sebesar 4,87 persen secara tahunan.
Konsumsi rumah tangga menurun di tengah momentum Lebaran dan Ramadhan.
Adanya pelemahan struktural, peningkatan jumlah pekerja di sektor informal, dan tantangan global seperti ketegangan perdagangan dunia.
Jakarta, FORTUNE – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyoroti melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I 2025 yang tercatat di bawah 5 persen— terendah sejak 2021. Padahal, periode tersebut bertepatan dengan momentum Lebaran dan Ramadhan yang seharusnya bisa menjadi penggerak konsumsi masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2025 hanya sebesar 4,87 persen secara tahunan (year-on-year). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan I 2024 yang masih tumbuh sebesar 5,11 persen.
Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2025 merupakan yang terendah sejak triwulan III 2021 yang saat itu hanya tumbuh 3,53 persen yang bertepatan dengan masa pandemi COVID-19 di mana banyak aktivitas masyarakat terhenti.
Ketua Apindo, Shinta Kamdani mengatakan, selain COVID-19, tidak adanya dorongan belanja dari kegiatan pemilu seperti tahun sebelumnya menjadi salah satu penyebab turunnya konsumsi. Selain itu, melemahnya daya beli kelas menengah turut memperparah perlambatan, mengingat kelompok ini merupakan penopang utama konsumsi domestik.
“Konsumsi dalam negeri memang besar, tapi kali ini terlihat menurun. Di sisi lain, pengeluaran pemerintah yang lebih ketat membuat ruang fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi juga terbatas,” ujar Shinta kepada Fortune Indonesia, Selasa (7/5).
Apindo juga mencatat adanya pelemahan struktural, seperti meningkatnya jumlah pekerja di sektor informal yang kini mencapai hampir 59 persen, serta penurunan jumlah pekerja penuh waktu. Kondisi ini dinilai menggeser arah pertumbuhan ke sektor yang kurang produktif dan tidak kompetitif di pasar global.
Dari sisi dunia usaha, Apindo menilai tantangan global seperti meningkatnya volatilitas ekonomi dan ketegangan perdagangan dunia masih akan membayangi. Risiko ini dapat mengganggu stabilitas makroekonomi dan menghambat aliran investasi asing langsung (FDI), serta berdampak pada kinerja ekspor dan penerimaan negara.
“Tanpa momen Ramadhan dan Lebaran, pertumbuhan konsumsi di kuartal II dan III diperkirakan akan lebih lambat. Maka, perlu ada strategi baru untuk mendorong daya beli dan membuka lebih banyak lapangan kerja di sektor formal,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Ekonomi CELIOS, Nailul Huda, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat signifikan dikarenakan permasalahan daya beli yang masih terjadi.
Indikator daya beli masyarakat menunjukkan pelemahan. Indeks keyakinan konsumen melemah dari Januari hingga Maret 2025. Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dari 4,91 persen (kuartal I 2024) menjadi 4,89 persen (kuartal I 2025) merupakan sebuah peringatan dini. Padahal di Q1 2025 terjadi perayaan hari besar keagamaan Hari Raya Idul Fitri.
“Momen musiman Ramadhan-Lebaran ternyata tidak mampu mendongkrak perekonomian. Sebagai perbandingan, pada 2023, pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 5,22 persen bertepatan dengan Mudik Lebaran. Sebelumnya Celios menghitung bahwa perputaran uang di Hari Raya Idul Fitri tahun 2025 juga menurun signifikan.” kataHuda.
Rekomendasi Kebijakan
Untuk menunjang pertumbuhan ekonomi ke depan, Apindo mendorong pemerintah mengambil langkah-langkah strategis, seperti menjaga stabilitas makroekonomi, termasuk nilai tukar dan cadangan devisa, menciptakan stimulus ekonomi dalam negeri, khususnya di sektor manufaktur.
Berikutnya, melanjutkan reformasi struktural untuk menurunkan biaya logistik, energi, dan pembiayaan. Kemudian, meningkatkan produktivitas dan diversifikasi ekspor serta memberikan pelonggaran likuiditas secara terarah untuk menjaga kesehatan sistem pembiayaan.
“Apindo berharap pemerintah segera merespons tantangan ini dengan kebijakan yang efektif agar pertumbuhan ekonomi tidak semakin melemah di kuartal-kuartal berikutnya,” kata Shinta.