Profil Haji Isam, Pendiri Jhonlin Group

Intinya sih...
Haji Isam, pendiri Jhonlin Group, adalah pengusaha sukses dari Kalimantan Selatan yang memulai karier dari bawah sebagai tukang ojek dan sopir pengangkut kayu.
Berawal dari perusahaan tambang batu bara, Haji Isam berhasil mengembangkan bisnisnya ke berbagai industri lain seperti pelabuhan, karet, minyak sawit, biodiesel, dan pabrik gula.
Nama Haji Isam tidak lepas dari kontroversi terkait skandal suap pajak dan dugaan konsesi perkebunan tebu di Bombana, serta keterlibatannya dalam dunia politik dengan kedekatannya pada pemerintahan.
Jakarta, FORTUNE - Dunia bisnis di Indonesia dikenal banyak tokoh inspiratif yang berhasil merintis karier dari bawah hingga membangun kerajaan bisnis. Salah satu sosok yang menarik perhatian adalah Haji Isam, pengusaha asal Kalimantan Selatan yang dikenal sebagai pendiri Jhonlin Group.
Sebelum dikenal sebagai konglomerat, Haji Isam, yang memiliki nama asli Samsuddin Andi Arsyad, memiliki kehidupan yang sederhana. Ia pernah bekerja sebagai tukang ojek dan sopir pengangkut kayu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Ketekunan dan semangat pantang menyerah yang ia miliki membawanya masuk ke dunia bisnis pertambangan batu bara, yang kemudian menjadi cikal bakal kesuksesannya.
Awal Karier dan Perjalanan Haji Isam
Lahir pada 1 Januari 1977 di Bone, Sulawesi Selatan, Haji Isam berasal dari keluarga sederhana. Sejak muda, ia menunjukkan tekad yang kuat untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Kesempatan emas datang ketika ia berkenalan dengan seorang pengusaha asal Surabaya yang berasal dari komunitas Tionghoa. Melalui hubungan tersebut, Haji Isam mulai memahami industri pertambangan batu bara dan melihat potensi besar dalam sektor ini.
Berbekal pengalaman dan koneksi yang ia miliki, ia lantas mendirikan PT Jhonlin Baratama, sebuah perusahaan tambang batu bara yang kemudian berkembang pesat. Keberhasilannya mengelola bisnis ini membawanya menjadi salah satu pengusaha paling berpengaruh di sektor energi dan pertambangan di Indonesia.
Ekspansi dan Diversifikasi Bisnis
Kesuksesan Haji Isam tidak berhenti di sektor pertambangan. Jhonlin Group yang ia dirikan kini telah berkembang menjadi konglomerasi yang mencakup berbagai industri.
Beberapa lini bisnis utama yang berada di bawah naungan Jhonlin Group meliputi jasa pelabuhan, bongkar-muat di laut lepas, industri pengolahan karet, minyak sawit, serta layanan penyewaan jet pribadi.
Di luar bisnis konvensional, Haji Isam juga merambah sektor energi terbarukan. Salah satu anak perusahaannya, PT Jhonlin Agro Raya, bergerak di bidang biodiesel. Perusahaan ini bahkan mendapatkan perhatian dari pemerintah, dengan peresmiannya yang dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2021.
Tak hanya itu, Haji Isam juga memiliki pabrik gula dengan kapasitas produksi terbesar di Indonesia yang berlokasi di Bombana, Sulawesi Tenggara.
Pabrik ini dioperasikan oleh PT Alam Gemilang dan diresmikan oleh Presiden Jokowi pada tahun 2020. Langkah investasi di wilayah terpencil seperti Bombana menjadi salah satu bukti keberaniannya dalam mengembangkan bisnis di sektor yang memiliki potensi besar.
Kontroversi
Di balik kesuksesan yang diraih, nama Haji Isam juga tak lepas dari berbagai kontroversi. Salah satu kasus yang pernah mencuat adalah dugaan keterlibatannya dalam skandal suap pajak perusahaannya.
Dalam sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta pada 4 Oktober 2021, nama Haji Isam disebut dalam Berita Acara Perkara nomor 41 oleh saksi Yulmanizar, mantan anggota tim pemeriksa pajak di Direktorat Jenderal Pajak.
Menurut kesaksian Yulmanizar, seorang konsultan pajak PT Jhonlin, bernama Agus Susetyo, mengajukan permintaan agar nilai pajak PT Jhonlin Baratama dikondisikan hanya sebesar Rp10 miliar.
Permintaan tersebut diduga datang langsung dari Haji Isam. Data dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia menunjukkan bahwa Jhonlin Baratama dimiliki oleh Jhonlin Group dengan total kepemilikan saham senilai Rp40,8 miliar. Selain itu, ada kepemilikan individu oleh Hj. Nurhayati sebesar Rp35,9 miliar serta Haji Isam sendiri yang memiliki saham senilai Rp3,2 miliar.
Kontroversi lain yang menyeret namanya adalah pemberian konsesi perkebunan tebu kepada perusahaannya di Bombana, Sulawesi Tenggara. Konsesi tersebut dikritik oleh berbagai pihak karena dinilai menyalahi aturan tata ruang serta dianggap mendapatkan kemudahan berkat kedekatan dengan pejabat tinggi, termasuk Menteri Pertanian periode 2014-2019, Amran Sulaiman.
Keterlibatan dalam Dunia Politik
Selain di dunia bisnis, Haji Isam juga memiliki peran dalam politik. Ia sempat menjabat sebagai Wakil Bendahara Kampanye Tim Jokowi-Amin dalam Pilpres 2019.
Keterlibatan ini semakin menguatkan kedekatannya dengan lingkaran pemerintahan. Kedatangan Presiden Jokowi ke perusahaan-perusahaan milik Haji Isam juga bukan hal yang asing, mengingat beberapa proyeknya mendapatkan perhatian langsung dari pemerintah.
Salah satu contoh kedekatan ini adalah peresmian pabrik biodiesel milik Jhonlin Group di Kalimantan Selatan oleh Presiden Jokowi pada Oktober 2021. Sebelumnya, Jokowi juga telah meresmikan pabrik gula di Bombana yang merupakan bagian dari bisnis Haji Isam di sektor agroindustri.
Kehidupan Pribadi dan Kontribusi Sosial
Di luar dunia bisnis dan politik, Haji Isam dikenal sebagai sosok dermawan yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial.
Ia sering mengadakan program bantuan bagi masyarakat kurang mampu dan terlibat dalam kegiatan keagamaan. Salah satu aksi sosial yang banyak mendapat perhatian adalah kebiasaannya memberangkatkan ribuan warga untuk menunaikan ibadah umrah.
Kepeduliannya terhadap masyarakat juga terlihat dalam berbagai bentuk bantuan yang ia salurkan, baik dalam bentuk santunan maupun pembangunan fasilitas umum. Peran filantropinya ini menjadikan Haji Isam tidak hanya dikenal sebagai pengusaha sukses, tetapi juga sebagai tokoh yang berkontribusi dalam pembangunan sosial.